Tanggal 31 Oktober
umumnya bagi sebagian besar umat Protestan diseluruh dunia diperingati sebagai
hari bersejarah yakni Hari Reformasi. Pada tahun 1517 tepatnya bulan oktober
hari ke tiga puluh satu, Martin Luther seorang Uskup memakukan 95 dalil yang
berisi tentang kritikan terhadap doktrin yang keliru dari gereja Katolik. Sebagian
besar adalah protes Luther terhadap Indulgensia,
yakni surat penghapusan Dosa oleh Paus, yang konon katanya hal itu diterapkan
sebagai sarana “penyedotan” uang untuk pembangunan St. Basilika yang begitu
megah. Taktik politik kotor ini yang ada akhirnya memicu keberangan Luther
untuk berani menuliskan salah satu butir pokok di dalam 95 Dalilnya. Terlepas dari
kebenaran ini, yang pasti bahwa moment 31 oktober itu menjadi satu titik balik
gereja dari ekslusivisme para klerus dan Petinggi-petinggi gereja. Hingga kini
hari bersejarah itu dikenang sebagai hari Reformasi yang melahirkan Protestan.
Akan
tetapi, ternyata tanggal 31 oktober bukan hanya dikenal sebagai hari reformasi
gereja, melainkan ada satu perayaan populer di sebagian dunia yang kemudian
akhir-akhir ini juga masuk dan menjadi suatu perayaan yang diperingati juga di
Indonesia yakni Halloween. Tulisan ini hanya sebuah tulisan sederhana untuk
membawa kita belajar dan mengenal secara sederhana bagaimana kita harus melihat
perayaan populer ini.
Halloween? Apa itu?
Tren halloween bukanlah
asli Indonesia. Bahkan menurut hemat saya semasa kecil,
halloween hanya dirayakan oleh orang-orang di benua Eropa dan Amerika. Saya mengetahui
perayaan halloween ini dari televisi atau dari film-film yang bergenre horor. Jadi,
perayaan halloween bukanlah sesuatu yang nge-tren
di dalam negeri pada jaman saya.tetapi entah kenapa belakangan ini perayaan ini
seakan-akan menjadi suatu perayaan yg turut dirayakan oleh orang-orang
Indonesia. Terbukti dari tema-tema acara yg diselelnggarakan di Mall misalnya,
atau kotum-kostum dan make up halloween yg digunakan oleh beberapa penjaga
konter pakaian dan akesoris. Entah karena ikut-ikut atau memang tradisi ini diserap secara buta tanpa
mengerti apa sesungguhnya substansi dan makna perayaan ini. Padahal sesungguhnya
halloween adalah sesuatu yang “non traditur” atau pemaksaan terhadap sebuah
tren yang sama sekali tidak memiliki kaitan dengan budaya sekalipun dalam
beberapa hal ada kemiripan-kemiripan tertentu.
Sesungguhnya, halloween (dalam beberapa
tradisi tulisan) disebutkan berasal dari rakyat Eropa kuno dalam kaitannya
dengan penyembahan yang salah terhadap roh-roh orang yang sudah meninggal yang
disebut dengan tradisi Lemuria. Tetapi
ada juga yang menuliskan bahwa Halloween menjadi tren karena gereja katolik
merayakan kemenangan mereka dalam “evangelism”
atau penginjilan terhadap orang-orang celtic yang tidak mengenal Tuhan. Kepercayaan
pagan diubah menjadi sesuatu yang kristen. Orang-orang Celtic kuno percaya
bahwa hari itu sebagai hari dimana pintu
dunia orang mati dan dunia orang hidup terbuka, sehingga mereka bisa disembah
dan dihormati bahkan ada yang dirasuki (encyclopedia
of Religious Rites, hal. 294). Gereja mengubah ini menjadi sebuah perayaan
mengenang kematian orang-orang kudus yang mereka sebut dengan “All Hallows
Evening” yang belakangan dikenal dengan Hallowe’en (Skotlandia) (Death and Afterlife: A Cultural Encyclopedia,
Hal. 163)
Akan tetapi sayangnya,
konversi ini tidak berjalan dengan mulus. Seiring dengan kuatnya keyakinan
mereka dan perubahan makna yang dipengaruhi oleh kekuatan kepercayaan mistis,
maka perayaan Halloween menjadi salah kaprah. Seiring perkembangan waktu
halloween menjadi satu perayaan yang dirayakan bukan hanya di Eropa tetapi juga
di Amerika. Bahkan beberapa meyakini bahwa arwah orang mati akan datang kepada
yang hidup untuk memberi petunjuk jalan menuju kepada jalan yang benar. Mereka akan
menggunakan kostum-kostum tertentu dan memberi makanan manis berupa permen
untuk mengelabui “roh” itu supaya mereka tidak diganggu dan diberikan petunjuk.
Apa kata Alkitab mengenai Halloween?
First of all, yang harus dicatat bahwa
Kitab Suci Kristen tidak pernah menyebut kata halloween. Juga yang pasti adalah
tidak ada ajaran di alkitab yang merujuk kepada perayaan halloween. Seperti yang
sudah disebutkan diatas bahwa halloween berasal dari tradisi katolik yang
berusaha mengubah tradisi pagan orang-orang Celtic menjadi tradisi yang
dirayakan oleh gereja. Jadi sesungguhnya tujuan halloween sebenarnya adalah
suatu keinginan mernjadikan tradisi pagan diserap ke dalam tradisi gereja
dengan jalan mengubah isinya.
Tetapi
perlu diingat bahwa gereja pada akhirnya mengakui kalau halloween yang
dirayakan pada masa ini itu jauh dari cita-cita gereja di masa lampau. Bukannya
mengenang orang-orang kudus yang meninggal, justru malah karakter-karakter
berbau setan dimaknai dan dijatidirikan dalam hidup orang yang merayakannya. Karakter
- karakter seperti penyihir, setan, iblis dan penyembah-penyembah berhala
dianggap sebagai sosok yang keren dan dijiwai dalam pembawaanya. Jelas ini
bukanlah visi Kristus karena Ia menjadikan kita serupa dengan gambaran-Nya,
yang kemudian diharapkan bahwa kita menjadi serupa dengan Dia di dalam
karakteristik Ilahi.(Ef. 4:15).
Selain
itu, bahwa halloween sangat identik dengan penyembahan berhala, penyembahan
terhadap arwah, dan juga roh-roh jahat, yang mana kesemuanya ini meruypakan
kekejian di mata Allah. (Kel.20:3; Ul. 5:7). Kita tentu tidak asing bahwa Allah
membenci praktik-praktik semacam mengkultuskan sesuatu selain Dia. Sepanjang Perjanjian
Lama hal ini sangat jelas antara tindakan dan konsekuensinya.
Di dalam beberapa tradisi
halloween, Labu kuning di ukir menjadi sosok wajah yang menyeramkan disebut
dengan Jack O’ Lantern. Benda ini
digunakan pada awalnya untuk menjadi lentera yang ditujukan kepada roh atau arwah
untuk tinggal di dalamnya dan memberi petunjuk untuk memimpin mereka kepada “old homes” atau rumah keabadian. Dan biasanya
mereka meninggalkan kue manis sebagai “treats”
atau jamuan terhadap arwah-arwah itu. Inilah mengapa kemudian muncul istilah trick or treat, yang kemudian dipakai
sebagai ancaman kepada orang lain untuk memberi mereka kue atau mereka akan
diganggu.[1]
Sikap seperti ini tentunya tidak alkitabiah. Apalagi ini diucapkan oleh
anak-anak sebagai suatu ancaman -- yang kemudian dipakai di dalam tradisi yang
dimaklumkan . Bukankah sesama kita harus saling mengasihi? (Gal. 5:14). Pada
prinsipnya bahwa kegiatan semacam ini bukan hal yang berguna dan harus
dilakukan terutama bagi anak-anak.
Bagaimana Menyikapi?
Secara
Global, mungkin Perayaan Halloween merupakan suatu hal lumrah untuk dirayakan. Ditambah
lagi kemasan film-film hollywood bertemakan perayaan halloween banyak disukai
oleh para penggemar dan menjadi tren masa kini. Tetapi peru kita ingat bahwa
bagi anak-anak kristen, ikut-ikutan bukanlah prinsip yang Alkitabiah. Apalagi melakukan
sesuatu yang sama sekali dilarang oleh Alkitab. Alasan “ikut tren” bukanlah
alasan yang dapat diterima. Oleh sebab itu, penting untuk mengerti akar sejarah
mengapa halloween itu dilakukan dan apa tujuannya.
Mungkin
bagi sebagian kita, berpakaian ala tokoh-tokoh mistis dan karakter hantu adalah
suatu yang keren dan kekinian. Orang kristen sering berdalih bahwa
keikutsertaan mereka hanya sekedar “ikut-ikutan” Akan tetapi perlu diingat,
hidup beriman bukan didasarkan pada “keren-kerenan”
atau ikut-ikutan, dan bahwa tujuan kita diciptakan tidak menjadi sama dengan
dunia, melainkan setiap hari dan setiap saat mentransformasi hidup kita untuk
menjadi lebih baik di dalam perkataan dan tindakan yang di dasarkan pada Firman
Tuhan. Kadangkala sikap kita pun harus tegas terhadap hal demikian, tanpa
kemudian bersikap arogan atau berlebihan. Prisipnya adalah mari kita melakukan
apa yang mendatangkan pertumbuhan bagi kerohanian kita dan hindari sesuatu hal
yang menjauhkan kita dari Tuhan atau bahkan hal yang tidak ada gunanya. Mungkin
prinsip Paulus ini bisa membantu kita dalam 1 Korintus 10 :23 “Kata orang, "Kita boleh berbuat apa
saja yang kita mau." Benar! Tetapi tidak semua yang kita mau itu berguna.
"Kita boleh berbuat apa saja yang kita mau" — tetapi
tidak semua yang kita mau itu membangun kehidupan kita”.†
Halloween
bukan untuk dirayakan oleh orang Kristen, dengan atau tanpa mengerti makna dari
perayaan tersebut. Tetapi dalam budaya “latah” sekarang ini, kita hanya bisa
memaklumi tetapi juga memberikan pengertian bagi sekeliling kita khususnya
anak-anak Tuhan yang ikut dalam arus dunia yang tidak berguna ini. jika kita
dapat menariknya lebih jauh lagi, sebenarnya keterlibatan orang kristen dalam
halloween adalah suatu dosa yang besar, karena turut merayakan dan mengakui
keberadaan roh-roh bahkan secara tidak sadar terlibat dalam praktik yang sama
sekali jauh dari kehendak Allah.
Jadi,
pada akhirnya kita harus menyadari bahwa sesungguhnya perayaan halloween bukan
untuk kita orang percaya. Bukan untuk kita rayakan. Dan kalaupun kita ingin
merayakan satu hal mengenai roh-roh jahat, rayakanlah kekalahan mereka ketika
Kristus disalibkan, bangkit dan menang 2000 tahun yang lalu. Kita tidak lagi
ditawan oleh kuasa kegelapan, melainkan di dalam Kristus kita dimerdekakan dan
di bebaskan dan kita menjadi milik Kristus.
“Adalah lebih baik untuk melakukan
hal-hal yang berguna yang memuliakan Allah daripada melakukan hal-hal yang
tidak membangun diri dan tidak mencerminkan Kristus di dalamnya”
[1]
Anak-anak di Amerika menggunakan istilah ini dalam perayaan halloween ketika
mereka memngunjungi tetangga mereka.
Komentar
Posting Komentar