Langsung ke konten utama

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"



Images Source: https://img.discogs.com
 Penggubah & Latar Belakang    
      Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.
            Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymnNearer my God to Thee” atau di dalam Kidung Jemaat No. 401, Makin Dekat Tuhan. Lagu ini menjadi lagu penutup mereka sebelum pada akhirnya mereka menemui ajal masing-masing di lautan yang begitu dingin. Lagu yang begitu popular ini dimainkan sebagai kekuatan dan menjadi harapan dikala hidup mengalami kesusahan.
            Begitu populernya lagu ini hingga hampir seluruh gereja di dunia memasukkannya ke dalam puji-pujian mereka. Tetapi tahukah kita, bahwa pribadi di balik hadirnya lagu ini adalah seorang wanita? Sarah Flower Adam,  seorang wanita berkebangsaan Inggris yang juga merupakan seorang pemain teater atau Artis di jamannya. Ia mulai berfokus untuk menulis dan menciptakan karya sastra ketika karir keartisannya terhalangi oleh kesehatan dirinya yang semakin hari semakin menurun akibat dari Tuberculosis (TBC).
            Kemampuan menulis Sarah diturunkan oleh ayahnya yang adalah politikus garis ‘kiri” yang terus memperjuangkan hak-hak rakyat yang ditindas pada saat itu. Karena situasi dan kondisi yang demikian, sarah juga dilatih untuk semakin kritis menuang pemikirannya dalam tulisan-tulisan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah. Tidak tanggung-tanggung tulisan-tulisan Sarah ini menjadi headline di surat kabar-surat kabar Inggris. Tetapi tidak hanya itu, ia adalah seorang Kristen yang taat dan juga senang menulis lirik dan sastra yang berbau rohani.
            Lirik “Nearer my God to Thee” dituliskan Sarah ketika suatu saat ia di datangi oleh seorang Pendeta yang berbagi pergumulannya bahwa ia kesulitan untuk mendapatkan lagu pujian yang berhubungan dengan tema khotbahnya yang diambil dari Kejadian 28:11-19, yang bercerita tentang mimpi Yakub ketika ia tidur berbantalkan batu yang kemudian melihat tangga turun dari sorga. Sarah begitu semangat menawarkan diri untuk menuliskan lagu bagi pendeta ini. Pada akhirnya ia benar-benar menggumuli kisah Yakub ini dan seminggu kemudian terciptalah lagu Nearer my God to Thee. Hanya saja melodi yang digunakan waktu itu bukan yang kita kenal saat ini, karena ia menggunakan melodi dari seorang wanita yakni penggubah lainnya yang adalah kakak perempuannya sendiri yakni Eliza Flower.
            Seiring dengan perjalanan waktu, lagu ini mengalami beberapa penggubahan dalam pemelodiannya. Salah satunya adalah versi Methodist Church karya Komposer Arthur Sulivan (1872) dari melodi “Propior Deo”. (Konon katanya melodi inilah yang dimainkan di peristiwa Titanic karena pemimpin grup  musik adalah anggota gereja Metodis).
            Pergumulan dan perenungan Sarah berdasarkan Kisah Yakub ini juga erat hubungannya dengan situasi dan kondisi hidupnya saat itu. Sebagai penderita TBC tentunya ia harus berjuang dengan pergumulan antara iman dan kenyataan. Walaupun pada akhirnya ia meninggal karena penyakit ini. Akan tetapi, kisah hidup dan perjuangannya menginspirasi Lowell Masson, seorang komposer untuk meletakkan not demi not disetiap lirik lagu ini sehingga terciptalah melodi yang apik nan menggetarkan hati yang ia namakan “Bethany”. Perjodohan antara lirik Sarah dan Melodi “Bethany”melahirkan satu karya besar yang seakan tak lekang oleh waktu. Hingga kini lagu ini tetap menjadi lagu yang berkesan bagi banyak orang.  

Makna dan Refleksi
            Pesan dari isi lagu ini seperti yang dituliskan di atas berasal dari pergumulan Sarah dalam mem-parafrasekan dan mengintepretasi kisah Yakub ke dalam sebuah nyanyian. Ketika Yakub dilanda kecemasan karena ancaman Esau, kakaknya, ia disuruh Ribka untuk melarikan diri kepada Laban saudaranya agar supaya terbebas dari kegeraman Esau. Di dalam kekalutannya, Yakub tentunya pergi sebagai orang yang lunglai, lesu, ketakutan, bahkan mungkin harapannya hilang. Di dalam keadaannya yang demikian, ia tiba di suatu tempat untuk mengistirahatkn dirinya. Yakub merebahkan diri tanpa memikirkan apakah itu dingin, atau mencekam, atau ancaman binatang buas yang bisa saja memangsanya. Ia sesungguhnya tidak lagi memikirkan dirinya sendiri, terlebih ia lupa terhadap Allah yang dikenalnya. Ditengah tidurnya itulah kemudian Tuhan memberikan mimpi kepada Yakub sebagai sebuah re-afirmasi akan penyertaan-Nya dalam hidup dan masa depan Yakub. Ia melihat ada tangga turun dari surga ke bumi, dimana di ujung tangga itu ada malaikat-malaikat Tuhan yang turun naik melewati tangga itu. Lalu kemudian tiba-tiba Allah berdiri disebelahnya dan berkata tentang janji yang juga Ia ucapkan kepada kakeknya, Abraham.
            Mimpi Yakub ini menjadi peringatan keras bagi dirinya, sehingga ketika ia terbangun ia berkata, “sesungguhnya ada TUHAN di sini dan aku tidak menyadarinya”. Ekspresinya menunjukkan betapa beban yang ia sedang pikul menghalangi mata rohaninya untuk melihat bahkan menyadari bahwa ada TUHAN yang senantiasa bersama dan dekat kepada dia. Selama ini Yakub tidak mengenal Allah dengan baik dan benar sekalipun Ayahnya Ishak adalah seorang yang takut akan TUHAN dan juga tidak lain adalah anak Abraham.
            Peristiwa pertemuan Yakub dan Tuhan ini menjadi momentum titik balik Yakub yang disadarkan bahwa Allah tidak menyangkali sedikitpun tentang janji-janji-Nya. Yakub tertegur oleh mimpinya sendiri dimana Allah berbicara kepadanya.
            Kadangkala beratnya beban yang harus kita pikul, kecemasan, ketakutan yang berlebihan mengenai sesuatu yang mengancam hidup kita membuat kita tidak lagi bisa memandang Allah pada Tempat-Nya. Pandangan kita terhalangi oleh besarnya masalah yang justru timbul dari kecemasan kita sendiri. Lalu bagaimana kita mengatasinya?
            Yakub mengalami suatu pertemuan yang indah dengan Tuhan melalui mimpinya, dan momentum inilah yang menjadi titik balik dia dari rasa takut yang begitu besar kepada kekuatan dan harapan karena janji Allah. Peristiwa ini membuat kemajuan besar dalam iman Yakub ketika ia hidup. Momentum pertemuan dengan Tuhan yang indah adalah hal yang tidak boleh (akan) terlupakan. Dalam hal ini, Yakub membangun sebuah tugu peringatan, untuk senantiasa mengingat bahwa Tuhan pernah berbicara kepada Dia.
            Lihatlah kepada Kisah Yakub ini, sekalipun ia gemetar karena ancaman Esau, tetapi kehadiran Tuhan menjadi kekuatan tersendiri baginya. Kehadiran-Nya menegaskan bahwa janji-Nya itu ya dan amin! Sarah mengintepretasikan dalam lagunya bahwa kekuatan dari pergumulan yang di simbolkan dengan salib tentu merujuk kepada  Salib yang merupakan simbol Karya Agung Kristus sebagai kekuatan mengangkat kita dari setiap keterpurukan (Bait I). Itulah harapan terbesar dalam hidup. Sekalipun salib harus kita pikul, tetapi kita juga diingatkan bahwa Kristus dulu pernah menanggung salib yang lebih berat dari apapun juga.
            Masing-masing orang percaya tentu saja memiliki satu momentum berharga dalam hidupnya ketika Ia bertemu dengan Sang Ilahi itu. Jadikanlah perjumpaan pribadi dengan Kristus itu sebagai landasan dan titik tolak penghayatan mendalam tentang kehidupan kita. Bukankah Pribadi dan Karya Yesus Kristus lebih dari cukup untuk memberikan penghiburan dan kekuatan. Terlebih kehadiran-Nya di dalam hidup kita yang nir-waktu, selalu ada, karena sifat-Nya yang omnipresent, membuat kita tidak perlu bersusah hati. Cukup dengan mengingat dan menghayati ini semua serta dibarengi dengan sikap yang sabar dan tulus serta taat dalam menjalani proses-Nya sambil kita melakukan bagian kita.
            “Makin Dekat Tuhan” adalah suatu proses pemaknaan, dan hasil perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Ketika kita memaknai perjumpaan itu sebagai sesuatu yang berharga, maka sekalipun kita berbantal batu seperti Yakub, yang lelah lunglai bagai musafir tersesat, Hidup kita ditenangkan.

Nearer my God to Thee, Nearer to Thee
(Makin Dekat Tuhan, Kepada-Mu)
Even though it be a cross, that raiseth me
(Walaupun salib-lah mengangkatku)
Still all my song shall be, Nearer my God to Thee
(Inilah Laguku, dekat kepada-Mu)
Nearer my God to Thee, Nearer to Thee
(Makin dekat Tuhan, kepada-Mu)

Lihat Lirik Selengkapnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul

Paper Allah Tritunggal

PENDAHU LUAN             Tritunggal merupakan suatu istilah populer dalam kekristenan dan merupakan salah satu ajaran fundamental dalam agama Kristen. Doktrin ini lahir dari perumusan bapa-bapa gereja mula-mula dengan presuposisi dasar dalam melihat Alkitab sebagai pengenalan akan Allah yang telah menyatakan diriNya secara khusus melalui Firman-Nya dan bahwa Allah mengkomunikasikan diriNya secara cukup bagi manusia untuk mengenal Allah yang sesungguhhnya sehingga manusia dapat menjadi bijak dan menuntun  menuju keselamatan. [1] Dari pemahaman dasar inilah mereka melihat dan merumuskan bahwa Allah hadir dan menyatakan diriNya  dalam wujud Allah Tritunggal.             Namun dalam perjalanannya tentu saja hasil dari perumusan ini tidak sepenuhnya diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian kalangan. Hantaman kritikan dari berbagai teolog-teolog yang kontra dan tidak sejalan dengan pengajaran ini di zamannya berusaha untuk meruntuhkan dan membuat pengajaran baru. Salah satu dianta