Pendahuluan
Cerita
mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing
di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah
mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa
Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut
merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.
Salah
satu ialah Elia, yang merupakan satu
dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan
bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam
berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu
nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel
bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga
bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara
Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba
munculseperti tanpa ada aba-aba ditengah konflik yang terjadi di Israel. bahkan
menubuatkan kematian raja Israel; Ahazia.[1]
Kisah
yang paling kontroversi dari kehidupan Elia adalah bahwa Elia tidak mengalami
kematian. Kisah ini digambarkan Alkitab dengan sangat jelas di dalam 2
Raja-Raja 2:1-18. Elia naik ke surga di angkat oleh Allah sendiri. Hal ini
memunculkan masalah dan pertanyaan-pertanyaan. Apakah memang benar Elia tidak
mengalami kematian dan langsung diangkat dengan tubuhnya ke dalam surga? Apa
yang menyebabkan Elia di angkat oleh Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini
seringkali muncul sebagai respon ragu dari kebenaran teks dalam perikop ini.
Tulisan ini akan mencoba memaparkan bagaimana sesungguhnya melihat peristiwa ini
sebagai satu kebenaran dengan metode perbandingan beberapa tafsiran dan analisa
teks, latar belakang dan konteks pada saat itu serta menarik suatu implikasi
teologis sebagai aplikasi dari kebenaran Firman Tuhan.
Latar
Belakang Kitab
A.
Kepengarangan
Kitab
Kitab Raja-Raja di
dalam Perjanjian Lama terdiri dari dua bagian yaitu kitab I Raja-Raja dan kitab
II Raja-Raja. Di dalam bahasa Ibrani judul yang diberikan untuk versi yang
permulaan ini melakîm, “Raja-Raja”.[2]
Hal ini wajar sebab di dalam kitab ini diceritakan mengenai kisah raja-raja
yang memerintah Israel bahkan bagaimana kerajaan itu terpecah menjadi kerajaan
utara dan kerajaan selatan.
Pada mulanya kitab ini satu kitab saja.
Isinya adalah sejarah Israel yang dimulai dari Salomo sampai kepada pembuangan
di Babylon[3]
akan tetapi kitab ini pada perkembangannya dipecah menjadi dua karena adanya
penyalinan dalam Septuaginta.[4]
Pemisahan ini sebenarnya hendak memudahkan untuk penyesuaian masing-masing
kitab ke dalam satu gulungan.[5]
Hal ini senada dengan pendapat Baker yang mengatakan bahwa Pada awalnya
sebenarnya kitab ini hanya terdiri satu bagian saja, akan tetapi ketika terjadi
penerjemahan Septuaginta kitab ini menjadi dua bagian yang kemudian diikuti
oleh semua penerjemah sesudahnya.[6]
Menurut kritik teks
para ahli moderen, mereka sepakat bahwa kitab Raja-Raja berasal dari hasil
redaksi aliran Deuteronomis atau pengikut-pengikut kitab Ulangan. Hal ini
terbukti dengan adanya pesan teologi yang sama yang dapat dijumpai di kitab
Ulangan ada di kitab Raja-Raja.[7]
Akan tetapi terlepas dari pemilaian seperti ini nilai yang terpenting adalah
bagaimana memperlakukan teks sebagai intepretasi sejarah yang juga tidak lepas
dari campur tangan Allah.
Kitab Raja-Raja tidak
secara eksplisit memberikan petunjuk mengenai siapa yang menuliskannya, begitu
pula dengan kitab-kitab yang lain tidak memberikan petunjuk dengan jelas
mengenai siapa penulis Kitab Raja-Raja ini. Hanya saja tidak begitu esensial
untuk mengetahui siapa penulis kitab ini, akan tetapi yang dapat ditarik adalah
penulis kitab ini adalah seorang nabi yang menggabungkan berbagai sumber dalam
penulisannya.[8]
Penulis menyebutkan setidaknya ada empat
sumber yang dipakai dalam penulisan kitab Raja-Raja ini. Sumber pertama
disebutkan “Kitab riwayat Salomo” (1 Raj. 11:41), “Kitab Sejarah” (Riwayat)
yang disebutkan beberapa kali diantaranya 1 Raj. 14:19, “Kitab Sejarah
Raja-Raja Yehuda” (1 Raj. 14:29), dan “Kitab Nyanyian” (1 Raj. 8:53). Selain
dari sumber-sumber utama di atas, kemungkinan masih ada beberapa sumber yang
dipakai oleh penulis kitab ini untuk menyusun kitab Raja-Raja.
Latar Belakang Perikop
Elia (אליה ‘Eliyah or prolonged
אליהו ‘Eliyahuw; Ing: Elijah)[9]
merupakan seorang nabi yang pertama kali muncul dalam Kitab 1 Raja-Raja 17:1
dimana di dalam perikop ini ia menyerukan kepada bangsa itu sebuah seruan
hukuman dari TUHAN akibat kebebalan hati umat Allah yang menyimpang mmenyembah
baal. Elia disebut-sebut sebagai orang Tisbe[10].
Nama Elia sendiri berarti “Tuhan itu
Allah”, dengan kata lain “Baal itu bukan Allah”, sebuah
Negeri yang membiarkan Baal berlaku sebagai Allah akan menjadi korban
ketidaksuburan.[11]
Kejadian di dalam perikop 2 Raja-Raja2:1
dicatat bahwa Israel dipimpin oleh seorang raja setelah kematian raja Ahab dan
digantikan oleh raja Ahazia anak Ahab (1Raj.41-45). Sebelum peristiwa Elia
terangkat ke surga, Elia membuat satu peristiwa mencengangkan dimana ia
mengecam kelakuan raja Ahazia serta menubuatkan kematian sang Raja sebab peyimpangan
hatinya ketika sakit meminta petunjuk kepada Baal (Pasal 1). Ahazia menyuruh
membunuh Elia akan tetapi tidak berhasil malahan Elia memberitahukan kematian
Ahazia.
Pada pasal yang kedua sebelum Elia naik
ke surga ia dan Elisa bersama-sama mengunjungi asrama nabi-nabi di Gilgal,
Betel dan Yerikho. Mereka menyebrangi sungai Yordan. Di seberang sungai Yordan
itulah Elia naik bersama Kereta berapi din tengah badai meninggalkan jubah buat
Elisa dan Elisa menerima dua bagian roh Elia sesuai janji Elia kepada Elisa
jika ia melihatnya terangkat ke Surga. Hal ini terbukti dari kejadian Elisa
membelah sungai Yordan sama seperti yang dilakukan Elia. Dan hal ini membuat
orang-orang yang melihatnya menyembah dia dengan muka sampai ketanah sebagai
penghormatan akan kuasa Allah yang ada pada Elisa.
Analisa Teks
Menjelang Kenaikan Elia
Ayat 1 mengatakan “Tibalah waktunya
TUHAN hendak mengangkat Elia ke surga dengan perantaraan angin puyuh.” Dalam ayat ini kata mengangkat dalam bahasa
ibrani adalah הלע (‘alah) yang
dapat diartikan sebagai “membawa ke
atas”. “Tibalah waktunya TUHAN” menunjukan bahwa kenaikan Elia ini memang telah
di tetapkan sesuai dengan waktu dari Allah, dan tidak menunjukan bahwa Allah
secara mendadak ingin mengangkat Elia, sebab memang kematian[12]
Elia sama seperti orang pada umumnya yaitu sesuai dengan waktu-Nya.
Hanya saja yang membuat kematian Elia
berbeda dari orang pada umumnya – selain Musa – yaitu bahwa ia diangkat oleh
Allah sendiri sebagai jaminan perlindungan Allah atas hamba-Nya[13].
Tafsiran Pulpit mengatakan :"The time is of God. ... There are no
accidental deaths, no premature graves. ... The manner is of God. ... We are
not crea-tures of chance"[14]
. Tidak ada kematian yang tidak
ditentukan oleh Allah. Manusia berada di dalam kendali Allah segala sesuatu
telah ditentukan dan direncanakan Allah sehingga tidak tepat kalau ada penafsir
yang berkata bahwa Allah sengaja mengangkat Elia sebelum waktunya. Kematian
Elia diberitahukan oleh Allah sendiri kepada dirinya bahwa ia akan dibawa ke
sorga dalam angin badai dan nabi-nabi lain mengetahui hal itu.[15]
Alkitab mencatat bahwa
TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai. Untuk kata ini sering
diterjemahkan kata angin puyuh בַּֽסְעָרָ֖ (a tempest; storm)
atau dalam terjemahan New King James Version “by a whirlwind”. Pulpit
Commentary mengatakan ini bukannya menunjuk pada angin puting beliung tetapi
menunjuk pada badai atau gangguan atmosfir[16].
Kata ini digunakan dalam Ayub 38:1; 40:6; Yes 40:24;41:16 Yer 23:19;30:23 Zakh.
9:14.`
Perintah Elia Kepada Elisa
Di dalam perikop ini jelas
dituliskan bahwa Nabi Elia tidak menginginkan Elisa untuk turut serta dengan
dirinya dalam perjalanannya kepada asrama nabi-nabi yang akan dikujunginya.
Tiga kali Elia memerintahkan Elisa untuk tidak mengikuti dia terus menerus
dalam perjalannya:
1.
Ketika
dalam perjalanan mereka dari Gilgal “Berkatalah
Elia kepada Elisa: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke
Betel." Tetapi Elisa menjawab: "Demi TUHAN yang hidup dan demi
hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau."
(ay.2)
2.
Ketika
dalam perjalanan ke Yerikho dari Bethel “Berkatalah Elia kepadanya: "Hai Elisa, baiklah tinggal di sini,
sebab TUHAN menyuruh aku ke Yerikho." Tetapi jawabnya: "Demi TUHAN
yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan
engkau." (ay.4)
3.
Ketika
perjalanan menuju Yordan dari Yerikho ”Berkatalah
Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke
sungai Yordan." Jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu
sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." (Ay.6)
Dari segi geografis Gilgal terletak beberapa kilometer dari
Bethel. Gilgal yang ini bukanlah kota Gilgal yang terletak di puncak dekat perbatasan utara dan timur
Yerikho sebab kata yang dipakai ialah ירד
yarad (harafiah: turun). Sementara Bethel merupakan kota besar yang mempunyai
tempat ibadah yang istimewa dalam berbagai periode sejarah Bangsa Israel.
(Kej.12:8, 28:11-19; 35:6-7). Sementara Yerikho adalah jalur perdagangan dari
timur menuju Palestina yang adalah kota tertua di dunia. Kota-kota ini
Dari ketiga peristiwa ini terkesan sekali bahwa Elia ingin
mengusir Elisa untuk tidak serta bersama dia menyaksikan kenaikannya. Menurut
adat bahwa seorang hamba harus mengikuti apa kata tuannya, akan tetapi Elisa
tiga kali mengabaikan perintah Elia. Ini membuktikan kesetiaan Elisa pada Elia
disaat-saat terakhirnya Elisa harus melihat Elia. Tafsiran Keil and Delitzch
mengatakan : “ini dilakukan bukan untuk
mengetest kesetiaan Elisa, tetapi karena kerendahan hati Elia, yang tidak ingin
pemuliaannya dilihat orang lain, kecuali itu betul-betul kehendak Tuhan”[17].
Dalam hal ini ada pandangan lain yang
dikatakan adalah mungkin Elia tidak ingin ada ada pengharapan dari Elisa agar
tuannya menyerahkan tugas kenabiannya itu kepadanya, sementara tugas nabi hanya
oleh Allah saja yang dapat membuat manusia menjadi nabi[18].
Akan tetapi penulis tidak sependapat dengan pandangan ini, sebenarnya Elia
sudah menyerahkan tugas kenabian itu terhadap Elisa di dalam 1 Raja-raja 19:19. Sehingga yang dapat
disimpulkan adalah bahwa memang Elisa mengasihi Elia sehingga Elisa mengabaikan
perintah Elia untuk tidak mengikutinya.
Mathew Henry Berkata : “because he
desired to be satisfied concerning his departure, and to see him when he was
taken up, that his faith might be confirmed and his acquaintance with the
invisible world increase.”[19]
Elisa telah lama mengikuti Elia, dan ini merupakan bentuk kesetiaannya terhadap
tuannya yang banyak berjasa buat dia sehingga Elisa tidak meninggalkan Elia.
Jawabnya: “Aku Juga Tahu, Diamlah!”
Elisa
seakan-akan tidak mau membahas masalah mengenai
kenaikan Elia yang ditanyakan oleh para nabi-nabi (ay.3,5). Problemanya
adalah mengapa permasalahan ini dihindari oleh Elisa untuk dibicarakan. Bentuk
imperatif חשׁה (verb, hiphil, imperative, masculine, plural) yang berarti diamlah (ing:still) mengindikasikan bahwa
Elisa tidak mau membicarakan permasalahan ini dan memerintahkan kepada
nabi-nabi itu untuk diam dan tidak bertanya lagi. Pulpit Commentary mnegatakan alasan Elisa untuk tidak
membicarakan hal ini adalah "Talking
of trouble makes it double"[20] terkesan bahwa Elisa tidak mau
menambah beban pikirannya untuk membicarakannya. Akan tetapi ini tidak terlalu
tepat, tidak setiap masalah tidak harus selalu tidak untuk dibicarakan. Mungkin
pandangan Keil & Delitzch dapat lebih mengekspresikan perasaan Elisa, yaitu
bahwa Elisa menjawab begitu untuk menjaga perasaan Elia. Elia mau agar supaya
mereka menguatkan iman mereka tanpa harus memperbincangkannya lebih lanjut
mengenai kenaikan Elia. Elisa mengerti perasaan Bapanya.[21]
Permintaan Elisa dan Tawaran Elia
Elia dan
Elisa melewati perjalanan bersama dengan 50 orang nabi (ay.7) melewati sungai
Yordan lalu terjadilah Mujizat di sana. Dalam ayat 8 disebutkan bahwa Elia
mengambil jubahnya dan menggulungnya untuk dipukulkan ke air sungai Yordan lalu
terbelah menjadi dua agar mereka bisa melewatinya. Dalam mujizat ini terdapat
kesamaan antara Musa dan Elia, dimana kedua kejadian “membelah air” ini di
saksikan oleh kedua pengikutnya, Musa dan Yosua serta Elia dan Elisa[22].
Di dalam
percakapan antara mereka berdua. Permintaan Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu."
(ay.9). Hal ini bukan merupakan permintaan biasa, sebab yang menjadi kendala
adalah bagaimana bisa roh Elia bisa tinggal kepada Elisa sementara Elia telah
naik ke sorga bersama rohnya. Pulpit commentary mengidentifikasikan kata “roh”
( רוח: ruwach) sebagai:
"The
spirit of Elijah was a spirit of fidelity to duty, a spirit of faithfulness in
rebuking sin, a spirit of fearlessness and courage in the presence of
opposition and danger, and at the same time also a spirit of tenderness and
love.[23] Dua per tiga merupakan sebuah hak kesulungan (Ul. 21:17) yang layak
diminta Elisa kepada Elia yang telah dipanggilnya sebagai Bapa (ay.12). Dalam
memaknai permintaan Elisa ini Meyer menganjurkan demikian: “ What he (Elisa)
intended was to ask that he might be considered as Elijah’s eldest son; the
heir to his spirit; the succesor to his work.[24]
Sebagai
respon permintaan muridnya Elia seakan-akan menyetujui “perpindahan roh” ini.
Akan tetapi ini tidak dapat diartikan secara harafiah. Perkataan Elia: "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi
jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu
seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi."(ay. 10)
menyiratkan bahwa status Elisa sebagai penerus tergantung pada kemampuannya
melihat dan memahami dunia spiritual.[25] Jika Elisa mempunyai kemampuan untuk
menyaksikan kenaikan Elia dan mampu memahami kebesaran Allah terhadap bapanya –
Elia – maka ia layak menerima “roh” Elia, jika tidak mampu melihat maka ia
gagal. Sebenarnya jawaban Elia ini tidak tergantung pada dirinya, melainkan
tergantung pada Tuhan semata. Ini menunjukan bahwa peristiwa kenaikan Elia
tidak dapat disaksikan oleh mata orang biasa, dan hanya yang dimampukan Tuhan
untuk bisa melihatnya, dan dalam hal ini Tuhan memberikan Elisa kekuatan dan
kemampuan untuk menyaksikan peristiwa itu.
Kenaikan Elia
Di dalam
perjalanan Elia dan Elisa tiba-tiba kereta berkuda yang berapi datang dari atas
langit hendak menjemput Elia lalu pada akhirnya Elia pun pergi dalam angin
badai bersama dengan kereta kuda berapi itu. Kejadian yang dilihat Elisa
ini sekaligus meneguhkan dirinya dalam
menerima “roh” Elia tadi sebab ia mampu untuk menyaksikan bapanya naik ke
sorga.
Mengapa
Allah menjemput Elia dengan Kereta Kuda berapi? Perlu diperhatikan bahwa
Alkitab tidak menyatakan bahwa Elia itu naik ke kereta berapi itu. Tetapi
kereta itu memisahkan Elia dan Elisa. Kereta itu juga tidak dapat disaksikan
oleh semua orang (band. II Raja-Raja 6:17). Lalu mengapa ada kereta itu? Di
dalam tradisi Yahudi (Israel) Kereta perang
pada waktu itu dianggap sebagai senjata yang paling ampuh, oleh karena itu
kereta melambangkan kekuatan tertinggi Allah yang mengatasi segala sesuatu.[26] Elia
adalah nabi yang menyuarakan kebenaran Allah dan Allah ingin memperlihatkan
bahwa ia sedang berdaulat menunjukan bahwa siapa saja yang mengikuti Dia, akan
menerima kehidupan kekal dari Allah.
Setelah
Elia naik ke sorga Elisa mengoyakan pakaiannya menjadi dua untuk menunjukan
rasa duka yang mendalam itu adalah adat orang Israel jika mereka bersedih
(bandingkan serta mengambil jubah Elia yang jatuh ini merupakan tanda peneguhan
bahwa Elisa sebagai pengganti Elia dan bahwa panggilan kenabian Elisa telah
menjadi milik yang sah[27].
Setelah
kepergian Elia, para rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat Elisa membelah
sungai Yordan persis seperti yang dilakukan Elia sebelumnya (ayat. 15) dan
kemudian memerintahkan para hamba-hamba mereka untuk mencari Elia. Akan tetapi
Elisha menjawab untuk tidak pergi mencari sebab Elisha meyakini bahwa Elia
sudah naik ke sorga sementara para nabi-nabi itu mengira Elia tidak benar-benar ke sorga.
Aplikasi
Teologis
1.
Elia merupakan
hamba TUHAN yang setia, sehingga ia layak diberikan seperti penghormatan atas
jasanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita mendapat upah berdasarkan perbuatan sebab upah kita hanya berdasarkan
Anugerah Allah. Akan tetapi di dalam kedaulatan-Nya, Allah berhak memberikan
cara apa saja bagi hamba-Nya yang setia sampai akhir mengiring Dia. Termasuk
mengangkat Elia ke Sorga.
2.
Pulpit Commentary
memberikan makna Teologis bagi perikop ini sebagai tipologi kenaikan Kristus ke
Sorga.[28]
Bahkan Elia dianggap sebagai tipologi Yesus Kristus dan Elisha sebagai tipologi
para murid yang tetap setia setelah kenaikan Kristus, ini dari kemunculan Elisa
pertama yang sedang membajak sawah kemudian pergi meninggalkan ibu-bapanya dan
mengikut Elia, persis seperti para rasul yang terpanggil ketika sedang menjala
ikan.[29]
3.
Elisha
menggambarkan kesetiaan seorang hamba terhadap Bapa-Nya. Hal ini seharusnya
berlaku bagi pengikut Kristus yang tetap mengiringi Yesus Kristus sampai
akhirnya.
4.
Keyakinan orang
Kristen terhadap kehendak dan rencana Allah haruslah lebih teruji dari iman.
Tidak sama seperti para nabi yang tidak yakin akan kenaikan Elia, mereka
walaupun dilarang oleh Elisha, tetap bersikeras untuk mencari Elia akan tetapi
tetap nihil.
Kesimpulan
Kisah Elia merupakan satu
bukti kedaulatan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Kesetiaan Elia membuatnya
tidak mengalami kematian seperti manusia pada umumnya. Elisha sebagai hamba
yang setia tetap mengiring Elia hingga akhir hidupnya di bumi dan menyaksikan
kemahakuasaan Allah. Sebuah hubungan harmonis yang menggambarkan keharmonisan
Allah dan Manusia sebagai ciptaan-Nya.
Daftar Pustaka
_____Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z). Jakarta: Yayasan Komunikasi OMF,1995.
_____Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament. Grand
Rapids, Michigan: Eerdsman,1960.
_____The Pulpit Commentary, Edited by,
H.D.M.Spence Massachusetts: Hendrickson Publisher,1960
Baker,
F.L. Sejarah Kerajaan Allah 1: Perjanjian
Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Baker,
J.Sidlow. Menggali Isi Alkitab. Jakarta:
Yayasan Komunikasi/OMF, 1993
Blommendaal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1993.
Ellison,
H.L. The Prophets of Israel. Grand Rapids,
Michigan: Eerdsman, 1969
Henry’s, Matthew Commentary on the Whole Bible Vol.2. Massachusetts:
Hendrickson Publisher,1998.
Jones,
G.H. The New Century Bible Commentary.
Grand Rapids: Eerdsman Publisher, 1984.
Leithart,
Peter J Brazos Theological Commentary on
The Bible: 1&2 Kings. Grand Rapids: Baker Publishing, 2006.
Linden,
Nico Ter Cerita Itu Berlanjut 3. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008
Ludji,Barnabas. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama. Bandung:
Bina Media Informasi, 2009.
M Howard,Jr, David. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama.
Malang: Gandum Mas, 2009
McQuade,
Pamela 100 Mukjizat Terbesar Dalam
Alkitab. Jakarta: INSPIRASI, 2008.
Meyer,
F.B. Elijah. Canada: Christian
Literature Crusade, 1978
Profan,
W. 1 and 2 Kings (Understanding The Bible
Commentary Series). Grand Rapids: Baker Publishing, 1995.
Wycliffe,
John. The Wycliffe Bible Commentary,
Edited by, Charles Pfeifer. Chicago, Moody Press,1981.
Sabda
OLB Versi Indonesia
[1]Alkitab. 2 Raja-Raja 1:1-18 (Jakarta:
LAI)
[2]David M Howard,Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama
(Malang: Gandum Mas, 2009), 208.
[3]J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),89.
[4]David M Howard, Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama,
208
[5]Ibid, 209.
[6]J.Sidlow Baker, Menggali Isi Alkitab (Jakarta: Yayasan
Komunikasi/OMF, 1993), 319.
[7]Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama
(Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 130.
[8]M Howard, Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama,210
[9]Sabda OLB Versi Indonesia
[10]Tisbe (תשׁבי Tishbiy) adalah nama
yang dihubungkan hanya dengan Elia (1 Raj.17:1) yang menandakan bahwa dia
penduduk Tisbe di Naftali atau Gilead, atau suatu tempat dengan nama serupa. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z)
(Jakarta: Yayasan Komunikasi OMF,1995),485.
[11]Nico Ter Linden, Cerita Itu Berlanjut 3. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 216
[12]Dalam pembahasan
ini dipakai kata kematian untuk menunjukan
ketidakeksistensian seseorang manusia dari dunia atau meninggalkan dunia, bukan
kematian dalam pengertian yang sesungguhnya.
[13]H.L. Ellison, The Prophets of
Israel (Grand Rapids, Michigan: Eerdsman, 1969), 34.
[14]The Pulpit Commentary,
Ed.H.D.M.Spence (Massachusetts: Hendrickson Publisher,____), 8.
[15]F.L.Baker, Sejarah Kerajaan Allah
1: Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 609.
[16]ibid
[17]Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament (Grand
Rapids, Michigan: Eerdsman,____), 291.
[18]Nico Ter Linden, Cerita Itu Berlanjut 3, 232.
[19]Matthew Henry’s Commentary on the
Whole Bible Vol.2 (Massachusetts: Hendrickson Publisher,1998), 554.
[20]Pulpit Commentary,
[21]Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament,291.
[22]Bdk.Pamela McQuade, 100 Mukjizat Terbesar Dalam Alkitab
(Jakarta: INSPIRASI, 2008), 110.
[23]Pulpit Commentary, Ed.H.D.M.Spence,
28.
[24]F.B.Meyer, Elijah (Canada: Christian Literature Crusade, 1978), 169.
[25]G.H. Jones, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids: Eerdsman Publisher,
1984), 385.
[26]The
Wycliffe Bible Commentary,
Ed. Charles Pfeifer (Chicago, Moody Press,1981), 342.
[27]W. Profan, 1 and 2 Kings (Understanding The Bible Commentary Series). (Grand
Rapids: Baker Publishing, 1995), 140
[28]Pulpit Commentary,
Ed.H.D.M.Spence, 38.
[29]Peter J Leithart, Brazos Theological Commentary on The Bible:
1&2 Kings (Grand Rapids: Baker Publishing, 2006), 129.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)