Langsung ke konten utama

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan

            Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.
            Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba munculseperti tanpa ada aba-aba ditengah konflik yang terjadi di Israel. bahkan menubuatkan kematian raja Israel; Ahazia.[1]
            Kisah yang paling kontroversi dari kehidupan Elia adalah bahwa Elia tidak mengalami kematian. Kisah ini digambarkan Alkitab dengan sangat jelas di dalam 2 Raja-Raja 2:1-18. Elia naik ke surga di angkat oleh Allah sendiri. Hal ini memunculkan masalah dan pertanyaan-pertanyaan. Apakah memang benar Elia tidak mengalami kematian dan langsung diangkat dengan tubuhnya ke dalam surga? Apa yang menyebabkan Elia di angkat oleh Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali muncul sebagai respon ragu dari kebenaran teks dalam perikop ini.
            Tulisan ini akan mencoba memaparkan bagaimana sesungguhnya melihat peristiwa ini sebagai satu kebenaran dengan metode perbandingan beberapa tafsiran dan analisa teks, latar belakang dan konteks pada saat itu serta menarik suatu implikasi teologis sebagai aplikasi dari kebenaran Firman Tuhan.

Latar Belakang Kitab

A.                Kepengarangan Kitab
Kitab Raja-Raja di dalam Perjanjian Lama terdiri dari dua bagian yaitu kitab I Raja-Raja dan kitab II Raja-Raja. Di dalam bahasa Ibrani judul yang diberikan untuk versi yang permulaan ini melakîm, “Raja-Raja”.[2] Hal ini wajar sebab di dalam kitab ini diceritakan mengenai kisah raja-raja yang memerintah Israel bahkan bagaimana kerajaan itu terpecah menjadi kerajaan utara dan kerajaan selatan.
Pada mulanya kitab ini satu kitab saja. Isinya adalah sejarah Israel yang dimulai dari Salomo sampai kepada pembuangan di Babylon[3] akan tetapi kitab ini pada perkembangannya dipecah menjadi dua karena adanya penyalinan dalam Septuaginta.[4] Pemisahan ini sebenarnya hendak memudahkan untuk penyesuaian masing-masing kitab ke dalam satu gulungan.[5] Hal ini senada dengan pendapat Baker yang mengatakan bahwa Pada awalnya sebenarnya kitab ini hanya terdiri satu bagian saja, akan tetapi ketika terjadi penerjemahan Septuaginta kitab ini menjadi dua bagian yang kemudian diikuti oleh semua penerjemah sesudahnya.[6]
Menurut kritik teks para ahli moderen, mereka sepakat bahwa kitab Raja-Raja berasal dari hasil redaksi aliran Deuteronomis atau pengikut-pengikut kitab Ulangan. Hal ini terbukti dengan adanya pesan teologi yang sama yang dapat dijumpai di kitab Ulangan ada di kitab Raja-Raja.[7] Akan tetapi terlepas dari pemilaian seperti ini nilai yang terpenting adalah bagaimana memperlakukan teks sebagai intepretasi sejarah yang juga tidak lepas dari campur tangan Allah.
Kitab Raja-Raja tidak secara eksplisit memberikan petunjuk mengenai siapa yang menuliskannya, begitu pula dengan kitab-kitab yang lain tidak memberikan petunjuk dengan jelas mengenai siapa penulis Kitab Raja-Raja ini. Hanya saja tidak begitu esensial untuk mengetahui siapa penulis kitab ini, akan tetapi yang dapat ditarik adalah penulis kitab ini adalah seorang nabi yang menggabungkan berbagai sumber dalam penulisannya.[8]
Penulis menyebutkan setidaknya ada empat sumber yang dipakai dalam penulisan kitab Raja-Raja ini. Sumber pertama disebutkan “Kitab riwayat Salomo” (1 Raj. 11:41), “Kitab Sejarah” (Riwayat) yang disebutkan beberapa kali diantaranya 1 Raj. 14:19, “Kitab Sejarah Raja-Raja Yehuda” (1 Raj. 14:29), dan “Kitab Nyanyian” (1 Raj. 8:53). Selain dari sumber-sumber utama di atas, kemungkinan masih ada beberapa sumber yang dipakai oleh penulis kitab ini untuk menyusun kitab Raja-Raja.


Latar Belakang Perikop
            Elia (אליה ‘Eliyah or prolonged אליהו ‘Eliyahuw; Ing: Elijah)[9] merupakan seorang nabi yang pertama kali muncul dalam Kitab 1 Raja-Raja 17:1 dimana di dalam perikop ini ia menyerukan kepada bangsa itu sebuah seruan hukuman dari TUHAN akibat kebebalan hati umat Allah yang menyimpang mmenyembah baal. Elia disebut-sebut sebagai orang Tisbe[10]. Nama Elia sendiri berarti “Tuhan itu Allah”, dengan kata lain “Baal itu bukan Allah”, sebuah Negeri yang membiarkan Baal berlaku sebagai Allah akan menjadi korban ketidaksuburan.[11]
Kejadian di dalam perikop 2 Raja-Raja2:1 dicatat bahwa Israel dipimpin oleh seorang raja setelah kematian raja Ahab dan digantikan oleh raja Ahazia anak Ahab (1Raj.41-45). Sebelum peristiwa Elia terangkat ke surga, Elia membuat satu peristiwa mencengangkan dimana ia mengecam kelakuan raja Ahazia serta menubuatkan kematian sang Raja sebab peyimpangan hatinya ketika sakit meminta petunjuk kepada Baal (Pasal 1). Ahazia menyuruh membunuh Elia akan tetapi tidak berhasil malahan Elia memberitahukan kematian Ahazia.
            Pada pasal yang kedua sebelum Elia naik ke surga ia dan Elisa bersama-sama mengunjungi asrama nabi-nabi di Gilgal, Betel dan Yerikho. Mereka menyebrangi sungai Yordan. Di seberang sungai Yordan itulah Elia naik bersama Kereta berapi din tengah badai meninggalkan jubah buat Elisa dan Elisa menerima dua bagian roh Elia sesuai janji Elia kepada Elisa jika ia melihatnya terangkat ke Surga. Hal ini terbukti dari kejadian Elisa membelah sungai Yordan sama seperti yang dilakukan Elia. Dan hal ini membuat orang-orang yang melihatnya menyembah dia dengan muka sampai ketanah sebagai penghormatan akan kuasa Allah yang ada pada Elisa.
Analisa Teks
Menjelang Kenaikan Elia
            Ayat 1 mengatakan “Tibalah waktunya TUHAN hendak mengangkat Elia ke surga dengan perantaraan angin puyuh.”  Dalam ayat ini kata mengangkat dalam bahasa ibrani adalah הלע (‘alah) yang dapat  diartikan sebagai “membawa ke atas”. “Tibalah waktunya TUHAN” menunjukan bahwa kenaikan Elia ini memang telah di tetapkan sesuai dengan waktu dari Allah, dan tidak menunjukan bahwa Allah secara mendadak ingin mengangkat Elia, sebab memang kematian[12] Elia sama seperti orang pada umumnya yaitu sesuai dengan waktu-Nya.
Hanya saja yang membuat kematian Elia berbeda dari orang pada umumnya – selain Musa – yaitu bahwa ia diangkat oleh Allah sendiri sebagai jaminan perlindungan Allah atas hamba-Nya[13]. Tafsiran Pulpit mengatakan :"The time is of God. ... There are no accidental deaths, no premature graves. ... The manner is of God. ... We are not crea-tures of chance"[14] . Tidak  ada kematian yang tidak ditentukan oleh Allah. Manusia berada di dalam kendali Allah segala sesuatu telah ditentukan dan direncanakan Allah sehingga tidak tepat kalau ada penafsir yang berkata bahwa Allah sengaja mengangkat Elia sebelum waktunya. Kematian Elia diberitahukan oleh Allah sendiri kepada dirinya bahwa ia akan dibawa ke sorga dalam angin badai dan nabi-nabi lain mengetahui hal itu.[15]
Alkitab mencatat bahwa TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai. Untuk kata ini sering diterjemahkan kata angin puyuh בַּֽסְעָרָ֖  (a tempest; storm) atau dalam terjemahan New King James Version “by a whirlwind”. Pulpit Commentary mengatakan ini bukannya menunjuk pada angin puting beliung tetapi menunjuk pada badai atau gangguan atmosfir[16]. Kata ini digunakan dalam Ayub 38:1; 40:6; Yes 40:24;41:16 Yer 23:19;30:23 Zakh. 9:14.`

Perintah Elia Kepada Elisa
            Di dalam perikop ini jelas dituliskan bahwa Nabi Elia tidak menginginkan Elisa untuk turut serta dengan dirinya dalam perjalanannya kepada asrama nabi-nabi yang akan dikujunginya. Tiga kali Elia memerintahkan Elisa untuk tidak mengikuti dia terus menerus dalam perjalannya:
1.      Ketika dalam perjalanan mereka dari Gilgal “Berkatalah Elia kepada Elisa: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Betel." Tetapi Elisa menjawab: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." (ay.2)
2.      Ketika dalam perjalanan ke Yerikho dari Bethel “Berkatalah Elia kepadanya: "Hai Elisa, baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke Yerikho." Tetapi jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." (ay.4)
3.      Ketika perjalanan menuju Yordan dari Yerikho ”Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan." Jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." (Ay.6)
Dari segi geografis Gilgal terletak beberapa kilometer dari Bethel. Gilgal yang ini bukanlah kota Gilgal yang terletak di  puncak dekat perbatasan utara dan timur Yerikho sebab kata yang dipakai ialah ירד yarad (harafiah: turun). Sementara Bethel merupakan kota besar yang mempunyai tempat ibadah yang istimewa dalam berbagai periode sejarah Bangsa Israel. (Kej.12:8, 28:11-19; 35:6-7). Sementara Yerikho adalah jalur perdagangan dari timur menuju Palestina yang adalah kota tertua di dunia. Kota-kota ini
Dari ketiga peristiwa ini terkesan sekali bahwa Elia ingin mengusir Elisa untuk tidak serta bersama dia menyaksikan kenaikannya. Menurut adat bahwa seorang hamba harus mengikuti apa kata tuannya, akan tetapi Elisa tiga kali mengabaikan perintah Elia. Ini membuktikan kesetiaan Elisa pada Elia disaat-saat terakhirnya Elisa harus melihat Elia. Tafsiran Keil and Delitzch mengatakan : “ini dilakukan bukan untuk mengetest kesetiaan Elisa, tetapi karena kerendahan hati Elia, yang tidak ingin pemuliaannya dilihat orang lain, kecuali itu betul-betul kehendak Tuhan”[17]. Dalam hal ini ada pandangan lain  yang dikatakan adalah mungkin Elia tidak ingin ada ada pengharapan dari Elisa agar tuannya menyerahkan tugas kenabiannya itu kepadanya, sementara tugas nabi hanya oleh Allah saja yang dapat membuat manusia menjadi nabi[18]. Akan tetapi penulis tidak sependapat dengan pandangan ini, sebenarnya Elia sudah menyerahkan tugas kenabian itu terhadap Elisa di dalam  1 Raja-raja 19:19. Sehingga yang dapat disimpulkan adalah bahwa memang Elisa mengasihi Elia sehingga Elisa mengabaikan perintah Elia untuk tidak mengikutinya.  Mathew Henry Berkata : “because he desired to be satisfied concerning his departure, and to see him when he was taken up, that his faith might be confirmed and his acquaintance with the invisible world increase.”[19] Elisa telah lama mengikuti Elia, dan ini merupakan bentuk kesetiaannya terhadap tuannya yang banyak berjasa buat dia sehingga Elisa tidak meninggalkan Elia.

Jawabnya: “Aku Juga Tahu, Diamlah!”
            Elisa seakan-akan tidak mau membahas masalah mengenai  kenaikan Elia yang ditanyakan oleh para nabi-nabi (ay.3,5). Problemanya adalah mengapa permasalahan ini dihindari oleh Elisa untuk dibicarakan. Bentuk imperatif חשׁה (verb, hiphil, imperative, masculine, plural) yang berarti diamlah (ing:still) mengindikasikan bahwa Elisa tidak mau membicarakan permasalahan ini dan memerintahkan kepada nabi-nabi itu untuk diam dan tidak bertanya lagi. Pulpit Commentary mnegatakan alasan Elisa untuk tidak membicarakan hal ini adalah "Talking of trouble makes it double"[20]  terkesan bahwa Elisa tidak mau menambah beban pikirannya untuk membicarakannya. Akan tetapi ini tidak terlalu tepat, tidak setiap masalah tidak harus selalu tidak untuk dibicarakan. Mungkin pandangan Keil & Delitzch dapat lebih mengekspresikan perasaan Elisa, yaitu bahwa Elisa menjawab begitu untuk menjaga perasaan Elia. Elia mau agar supaya mereka menguatkan iman mereka tanpa harus memperbincangkannya lebih lanjut mengenai kenaikan Elia. Elisa mengerti perasaan Bapanya.[21]

Permintaan Elisa dan Tawaran Elia
            Elia dan Elisa melewati perjalanan bersama dengan 50 orang nabi (ay.7) melewati sungai Yordan lalu terjadilah Mujizat di sana. Dalam ayat 8 disebutkan bahwa Elia mengambil jubahnya dan menggulungnya untuk dipukulkan ke air sungai Yordan lalu terbelah menjadi dua agar mereka bisa melewatinya. Dalam mujizat ini terdapat kesamaan antara Musa dan Elia, dimana kedua kejadian “membelah air” ini di saksikan oleh kedua pengikutnya, Musa dan Yosua serta Elia dan Elisa[22].
            Di dalam percakapan antara mereka berdua. Permintaan Elisa: "Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu." (ay.9). Hal ini bukan merupakan permintaan biasa, sebab yang menjadi kendala adalah bagaimana bisa roh Elia bisa tinggal kepada Elisa sementara Elia telah naik ke sorga bersama rohnya. Pulpit commentary mengidentifikasikan kata “roh” ( רוח: ruwach) sebagai:
"The spirit of Elijah was a spirit of fidelity to duty, a spirit of faithfulness in rebuking sin, a spirit of fearlessness and courage in the presence of opposition and danger, and at the same time also a spirit of tenderness and love.[23] Dua per tiga merupakan sebuah hak kesulungan (Ul. 21:17) yang layak diminta Elisa kepada Elia yang telah dipanggilnya sebagai Bapa (ay.12). Dalam memaknai permintaan Elisa ini Meyer menganjurkan demikian: “ What he (Elisa) intended was to ask that he might be considered as Elijah’s eldest son; the heir to his spirit; the succesor to his work.[24]
            Sebagai respon permintaan muridnya Elia seakan-akan menyetujui “perpindahan roh” ini. Akan tetapi ini tidak dapat diartikan secara harafiah. Perkataan Elia: "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi."(ay. 10) menyiratkan bahwa status Elisa sebagai penerus tergantung pada kemampuannya melihat dan memahami dunia spiritual.[25]  Jika Elisa mempunyai kemampuan untuk menyaksikan kenaikan Elia dan mampu memahami kebesaran Allah terhadap bapanya – Elia – maka ia layak menerima “roh” Elia, jika tidak mampu melihat maka ia gagal. Sebenarnya jawaban Elia ini tidak tergantung pada dirinya, melainkan tergantung pada Tuhan semata. Ini menunjukan bahwa peristiwa kenaikan Elia tidak dapat disaksikan oleh mata orang biasa, dan hanya yang dimampukan Tuhan untuk bisa melihatnya, dan dalam hal ini Tuhan memberikan Elisa kekuatan dan kemampuan untuk menyaksikan peristiwa itu.

Kenaikan Elia
            Di dalam perjalanan Elia dan Elisa tiba-tiba kereta berkuda yang berapi datang dari atas langit hendak menjemput Elia lalu pada akhirnya Elia pun pergi dalam angin badai bersama dengan kereta kuda berapi itu. Kejadian yang dilihat Elisa ini  sekaligus meneguhkan dirinya dalam menerima “roh” Elia tadi sebab ia mampu untuk menyaksikan bapanya naik ke sorga.
            Mengapa Allah menjemput Elia dengan Kereta Kuda berapi? Perlu diperhatikan bahwa Alkitab tidak menyatakan bahwa Elia itu naik ke kereta berapi itu. Tetapi kereta itu memisahkan Elia dan Elisa. Kereta itu juga tidak dapat disaksikan oleh semua orang (band. II Raja-Raja 6:17). Lalu mengapa ada kereta itu? Di dalam tradisi Yahudi (Israel) Kereta perang pada waktu itu dianggap sebagai senjata yang paling ampuh, oleh karena itu kereta melambangkan kekuatan tertinggi Allah yang mengatasi segala sesuatu.[26] Elia adalah nabi yang menyuarakan kebenaran Allah dan Allah ingin memperlihatkan bahwa ia sedang berdaulat menunjukan bahwa siapa saja yang mengikuti Dia, akan menerima kehidupan kekal dari Allah.
            Setelah Elia naik ke sorga Elisa mengoyakan pakaiannya menjadi dua untuk menunjukan rasa duka yang mendalam itu adalah adat orang Israel jika mereka bersedih (bandingkan serta mengambil jubah Elia yang jatuh ini merupakan tanda peneguhan bahwa Elisa sebagai pengganti Elia dan bahwa panggilan kenabian Elisa telah menjadi milik yang sah[27].
            Setelah kepergian Elia, para rombongan nabi yang dari Yerikho itu melihat Elisa membelah sungai Yordan persis seperti yang dilakukan Elia sebelumnya (ayat. 15) dan kemudian memerintahkan para hamba-hamba mereka untuk mencari Elia. Akan tetapi Elisha menjawab untuk tidak pergi mencari sebab Elisha meyakini bahwa Elia sudah naik ke sorga sementara para nabi-nabi itu mengira  Elia tidak benar-benar ke sorga.

Aplikasi Teologis
1.      Elia merupakan hamba TUHAN yang setia, sehingga ia layak diberikan seperti penghormatan atas jasanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita mendapat upah berdasarkan  perbuatan sebab upah kita hanya berdasarkan Anugerah Allah. Akan tetapi di dalam kedaulatan-Nya, Allah berhak memberikan cara apa saja bagi hamba-Nya yang setia sampai akhir mengiring Dia. Termasuk mengangkat Elia ke Sorga.
2.      Pulpit Commentary memberikan makna Teologis bagi perikop ini sebagai tipologi kenaikan Kristus ke Sorga.[28] Bahkan Elia dianggap sebagai tipologi Yesus Kristus dan Elisha sebagai tipologi para murid yang tetap setia setelah kenaikan Kristus, ini dari kemunculan Elisa pertama yang sedang membajak sawah kemudian pergi meninggalkan ibu-bapanya dan mengikut Elia, persis seperti para rasul yang terpanggil ketika sedang menjala ikan.[29]
3.      Elisha menggambarkan kesetiaan seorang hamba terhadap Bapa-Nya. Hal ini seharusnya berlaku bagi pengikut Kristus yang tetap mengiringi Yesus Kristus sampai akhirnya.
4.      Keyakinan orang Kristen terhadap kehendak dan rencana Allah haruslah lebih teruji dari iman. Tidak sama seperti para nabi yang tidak yakin akan kenaikan Elia, mereka walaupun dilarang oleh Elisha, tetap bersikeras untuk mencari Elia akan tetapi tetap nihil.
                          
Kesimpulan
             Kisah Elia merupakan satu bukti kedaulatan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Kesetiaan Elia membuatnya tidak mengalami kematian seperti manusia pada umumnya. Elisha sebagai hamba yang setia tetap mengiring Elia hingga akhir hidupnya di bumi dan menyaksikan kemahakuasaan Allah. Sebuah hubungan harmonis yang menggambarkan keharmonisan Allah dan Manusia sebagai ciptaan-Nya.
Daftar Pustaka
_____Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z). Jakarta: Yayasan Komunikasi OMF,1995.
_____Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament. Grand Rapids, Michigan: Eerdsman,1960.
_____The Pulpit Commentary, Edited by, H.D.M.Spence Massachusetts: Hendrickson Publisher,1960
Baker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah 1: Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Baker, J.Sidlow. Menggali Isi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi/OMF, 1993
Blommendaal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Ellison, H.L. The  Prophets of Israel. Grand Rapids, Michigan: Eerdsman, 1969
Henry’s, Matthew Commentary on the Whole Bible Vol.2. Massachusetts: Hendrickson Publisher,1998.
Jones, G.H. The New Century Bible Commentary. Grand Rapids: Eerdsman Publisher, 1984.
Leithart, Peter J Brazos Theological Commentary on The Bible: 1&2 Kings. Grand Rapids: Baker Publishing, 2006.
Linden, Nico Ter Cerita Itu Berlanjut 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008
Ludji,Barnabas. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama. Bandung: Bina Media Informasi, 2009.
M Howard,Jr, David. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2009
McQuade, Pamela 100 Mukjizat Terbesar Dalam Alkitab. Jakarta: INSPIRASI, 2008.
Meyer, F.B. Elijah. Canada: Christian Literature Crusade, 1978
Profan, W. 1 and 2 Kings (Understanding The Bible Commentary Series). Grand Rapids: Baker Publishing, 1995.
Wycliffe, John. The Wycliffe Bible Commentary, Edited by, Charles Pfeifer. Chicago, Moody Press,1981.
Sabda OLB Versi Indonesia



[1]Alkitab. 2 Raja-Raja 1:1-18 (Jakarta: LAI)
[2]David M Howard,Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2009), 208.
[3]J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),89.
[4]David M Howard, Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, 208
[5]Ibid, 209.
[6]J.Sidlow Baker, Menggali Isi Alkitab (Jakarta: Yayasan Komunikasi/OMF, 1993), 319.
[7]Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 130.
[8]M Howard, Jr. Kitab-Kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama,210
[9]Sabda OLB Versi Indonesia
[10]Tisbe (תשׁבי Tishbiy) adalah nama yang dihubungkan hanya dengan Elia (1 Raj.17:1) yang menandakan bahwa dia penduduk Tisbe di Naftali atau Gilead, atau suatu tempat dengan nama serupa. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z) (Jakarta: Yayasan Komunikasi OMF,1995),485.
[11]Nico Ter Linden, Cerita Itu Berlanjut 3. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 216
[12]Dalam  pembahasan  ini dipakai kata kematian untuk menunjukan ketidakeksistensian seseorang manusia dari dunia atau meninggalkan dunia, bukan kematian dalam pengertian yang sesungguhnya.
[13]H.L. Ellison, The Prophets of Israel (Grand Rapids, Michigan: Eerdsman, 1969), 34.
[14]The Pulpit Commentary, Ed.H.D.M.Spence (Massachusetts: Hendrickson Publisher,____), 8.
[15]F.L.Baker, Sejarah Kerajaan Allah 1: Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 609.
[16]ibid
[17]Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament (Grand Rapids, Michigan: Eerdsman,____), 291.
[18]Nico Ter Linden, Cerita Itu Berlanjut 3, 232.
[19]Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible Vol.2 (Massachusetts: Hendrickson Publisher,1998), 554.
[20]Pulpit Commentary,
[21]Keil and Delitzch, Commentary on Old Testament,291.           
[22]Bdk.Pamela McQuade, 100 Mukjizat Terbesar Dalam Alkitab (Jakarta: INSPIRASI, 2008), 110.
[23]Pulpit Commentary, Ed.H.D.M.Spence, 28.
[24]F.B.Meyer, Elijah (Canada: Christian Literature Crusade, 1978), 169.
[25]G.H. Jones, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids: Eerdsman Publisher, 1984), 385.
[26]The Wycliffe Bible Commentary, Ed. Charles Pfeifer (Chicago, Moody Press,1981), 342.
[27]W. Profan, 1 and 2 Kings (Understanding The Bible Commentary Series). (Grand Rapids: Baker Publishing, 1995), 140
[28]Pulpit Commentary, Ed.H.D.M.Spence, 38.
[29]Peter J Leithart, Brazos Theological Commentary on The Bible: 1&2 Kings (Grand Rapids: Baker Publishing, 2006), 129.

Komentar

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Paper Allah Tritunggal

PENDAHU LUAN             Tritunggal merupakan suatu istilah populer dalam kekristenan dan merupakan salah satu ajaran fundamental dalam agama Kristen. Doktrin ini lahir dari perumusan bapa-bapa gereja mula-mula dengan presuposisi dasar dalam melihat Alkitab sebagai pengenalan akan Allah yang telah menyatakan diriNya secara khusus melalui Firman-Nya dan bahwa Allah mengkomunikasikan diriNya secara cukup bagi manusia untuk mengenal Allah yang sesungguhhnya sehingga manusia dapat menjadi bijak dan menuntun  menuju keselamatan. [1] Dari pemahaman dasar inilah mereka melihat dan merumuskan bahwa Allah hadir dan menyatakan diriNya  dalam wujud Allah Tritunggal.             Namun dalam perjalanannya tentu saja hasil dari perumusan ini tidak sepenuhnya diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian kalangan. Hantaman kritikan dari berbagai teolog-teolog yang kontra dan tidak sejalan dengan pengajaran ini di zamannya berusaha untuk meruntuhkan dan membuat pengajaran baru. Salah satu dianta