Langsung ke konten utama

Karunia Roh dan Gereja Karismatik



                        Gerakan Karismatik merupakan sebuah aliran di dalam kekristenan yang muncul di abad 20 ini dengan sebuah karakteristik baru bagi kekristenan secara umum yang ada. Gerakan ini muncul sebagai sebuah gebrakan baru yang cukup membuat gerakan ini menjadi sebuah gerakan yang banyak mengundang perhatian di dalam lingkungan gereja. Ciri khas gerakan ini menekankan karunia-karunia dari Roh kudus.
                        Begitu banyak fenomena yang ditimbulkan oleh gerakan karismatik ini seperti tertawa dalam roh, atau gerakan Toronto Blessing yang terjadi di Kanada. Rata-rata dari fenomena ini mau menunjukkan bahwa manusia bisa mengejar karunia-karunia roh yang dicatat oleh Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Allah memberikan kepada umat-Nya masing-masing karunia Roh Kudus berdasarkan kedaulatan-Nya sendiri. Hal inilah yang diteknkan oleh gereja Karismatik di dalam pengajarannya. Karunia Rohani dianggap sebagai salah satu tanda hadirnya Roh Kudus di dalam kehidupan seseorang, dan karunia rohani tersebut haruslah sebagai sebuah perbuatan yang ajaib atau spektakular.
Seiring bertambahnya tahun, dan berkembangnya zaman ini, terdapat benyak sekali denominasi-denominasi gereja yang muncul di seluruh dunia, tanpa terkecuali di indonesia. Dalam beragam denominasi ini, tak jarang ada dari antaranya mengklaim dirnya mendaptkan karunia-karunia Rohani yang bersifat spektakuler, seperti karunia menyembuhkan atu yang paling popular mungkin adalh berbahasa dalam bahas lidah.
Sesungguhnya gereja-gereja karismatik – bahkan gereja-gereja non Karismatik, mengklaim bahwa mereka bisa mengejar karunia-karunia rohani yang spektakuler tersebut. Tetapi timbul pertanyaan, sesungguhnya apa yang dimaksud dengan karunia roh itu? Bagaimana gereja Karismatik melihat karunia-karunia rohani tersebut? Apakah benar karunia rohani itu bisa di cari?
Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan mengenai karunia-karunia rohani dari perspektif gereja Karismatik dan pada akhirnya menarik sebuah kesimpulan.

Latar belakang dan Sejarah Perkembangan Gereja Kharismatik


Istilah kharismatik berasal dari kata Yunani charisma (bentuk jamaknya charismata), yang berarti karunia Roh.[1] Gerakan kharismatik tercatat mulai timbul pada awal tahun 1960an di Amerika serikat, dimana gejala Pentakosta dialami oleh Pdt. Dennis Bennet dari gereja Episkopal Saint Mark di Van Nuys, California.[2] Pada waktu itu kekristenan di Amerika mengalami sekulerisasi yang luar biasa dibalik materialisme disekitarnya, karena itu dapatlah dimaklumi kalau terjadi kehausan rohani yang luarbiasa.


Tak dapat disangkal bahwa gerakan Kharismatik kini bermula pada dan mempunyai banyak persamaan dengan gerakan atau aliran pantekostal.[3] Pengalaman rohani tertentu yang dianggap sebagai ciri utama aliran Pantekostal, antara lain” Baptisan Roh” dan “penyembuhan Ilahi” juga menjadi ciri utama gerakan ini, seperti yang dilakukan oleh Full Gospel Bussines men’s Fellowship International yang bergerak di area para pengusaha yang mempunyai misi diantaranya menolong orang percaya agar mendapatkan baptisan Roh Kudus dan mengalami pertumbuhan rohani[4]. Penekanan yang besar dan tuntutan agar setiap orang percaya menunjukkan manifestasi karunia Roh (karisma) ini yang membuat aliran dan gerakan ini disebut “karismatik”. Dalam ibadah-ibadah gereja karismatik ini kemudian dimunculkan berbagai mata acara dan kegiatan untuk menunjukkan manifestasi tersebut sehingga tak terhindarkan ibadah karismatik menjadi ibadah yang heboh, apalagi kalau dibandingkan dengan ibadah gereja-gereja tradisional di awal abad ke-20 itu. Selain dari pada ini, gereja Karismatik juga tercatat muncul di dalam kalangan gereja Katolik Roma yang di awali di Linkungan universitas dan diplopori oeh kaum muda awam. Perkembangan gerakan ini diperkirakan disebabkan oleh sikap keterbukaan gereja katolik di dalam konsili Vatikan II.[5]
Gerakan Kharismatik dan Pentakosta dapat dilihat sebagai gerakan-gerakan (atau suatu gerakan, karena yang pertama berada dalam satu garis dengan yang kedua) abad ke-20.[6] Dalam sejarah perkembangannya dari awal, hingga saat ini, banyak sekali perkembangan yang dialami oleh gereja ini. perkembangan dari beberapa abad ke-2 hingga abad ke-20. Dalam beberapa abad ini, ada beberapa aliran besar yang mendasari akan lahirnya gerakan Kharismatik ini.
Dalam abad ke-2, aliran yang paling pertama timbul ialah montanisme. Aliran ini adalah sebuah aliran yang sedikit kurang senang dengan kegerejaan. Karena menurut Montanus, gereja itu adalah suatu perkumpulan yang suam-suam kuku, terlalu kaku, dan terlalu sibuk dengan masalah ortodoksi.[7] Karena itulah, manusia menginginkan memiliki hubungan yang langsung dengan Allah dan mengalami wahyu langsung dari Roh Kudus, itu adalah sebuah gejala awal yang ada di setiap gereja yang ada baik dari zaman itu ataupun pada zaman sekarang ini.
Dalam abad pertengahan, ada beberapa aliran yang timbul dalam tubuh kekristenan. Aliran yang timbul dan berkembang dalam abad ke-18 adalah Methodisme. Aliran ini adalah sebuah gerakan yang dipelopori oleh seorang yang bernma John Wesley. Gerakan ini dalam pengajarannya, mengajarkan bahwa apa yang dikaryakan oleh Roh Kudus itu dapat hilang karena kehendak bebas manusia. Wesley dan Methodisme juga memberikan tekanan rohani pada pengalaman pribadi dan perasaan khusus akan pengudusan dan pembenaran oleh Kristus Yesus – “iman saja” tidak mencukupi.[8]
Menurut aliran Methodisme ini, hal yang terpenting dalam kehidupan orang percaya ini adalah memperoleh bukti yang menjadi pengalan iman yang menunjukkan campur tangan Roh Kudus secara langsung dalamkehidupan mereka setiap hari. Dalam aliran Methodis ini juga mengtakan bahwa sola fide saja tidak cukup, tetapi masih dicampuri dengan kehendak bebas manusia.
Sebelum mencapai ke dalam abad ke-20, masih ada satu gerakan lagi yang mendasari akan munculnya gerakan Kharismatik dan Pentakosta ini gerakan ini adalah gerakan yang disebutkan sebagai Gerakan Kekudusan. Gerakan ini dicirikan dengan keyakinan umum bahwa seorang Kristen setelah pengakuan pertobatannya dan setelah pengakuan imannya, perlu mengalami pengalaman yang lebih dalam lagi. Pengalan tersebut adalah baptisan Roh Kudus.[9] Menurut mereka yang menganut gerakan kekudusan ini, semua yang diperoleh itu adalah bersumber dari dalam diri mereka sendiri, karena menurut mereka menjaga kekudusan hidup itu adalah usaha mereka sendiri dan bukan atau tidak sepenuhnya bergantung pada Tuhan.
Jadi, dalam perkembangan sebelum memasuki era atau zaman gereja Kharismatik, hingga saat ini masih ada aliran-aliran yang berasal dari gerakan kekudusan yang mengesankan perbedaan mereka dengan garakan pentakosta dan Kharismatik.[10] Dalam kedua zaman sebelum gerakan pentakosta dan Kharismatik ini muncul, sudah terlihat bahwa apa saja yang menjadi dasar pemikiran yang ada yang menjadi dasar bagi berdirinya gerakan Kharismatik ini.
Demikian juga dalam abad yang ke-20, muncul sebuah gerakan baru yang mendasari munculnya gerakan Kharismatik. Gerakan itu bernama gerakan Pentakosta. Ajaran dari gerakan ini adalah mengatakan bahwa setiap dari orang Kristen harus berusaha mendapatkan pengalaman glosolali ini.[11] pengajaran dari aliran Pentakosta ini adalah didasari dari pengalaman para rasul dalam Kisah Para Rasul pasal yang mengisahkan sebuah peristiwa yang sangat penting dalam budaya orang Yahudi yaitu Pentakosta.
Hari Pentakosta ini adalah sebuah peristiwa yang sangat penting dalam budaya Yahudi, karena Pentakosta merupakan peristiwa atau hari raya yang terbesar dalam kebudayaan Yahudi. Hari Pentakosta ini dirayakan setelah panen gandum ketika hulu hasil dipersembahkan kepada Tuhan. Demikianlah hari Pentakosta bagi gereja awal merupakan awal penuaian jiwa-jiwa oleh Allah di dalam dunia.
Aliran ini juga menekankan kepada karunia berbahasa glosolalia. Hal ini mereka dasarkan pada pengalaman ketika para murid mendapatkan curahan Roh Kudus ketika berada dalam Rumah yang tertutup rapat dan tiba-tiba terbuka dan diatas kepala mereka terdapat lidah-lidah api, dan mereka mulai berkata-kata dengan berbagai bahasa yang ada di dunia. Atas dasar inilah para penganut ajaran pentakosta menekankan akan pentingnya ber-glosolalia. Menurut aliran pentakosta ini, kepenuhan akan Roh Kudus ditandai dengan karunia glosolalia.
Setelah beberapa zaman perkembangan kekristenan ini mulai dari abad ke-2 sampai abad ke-20. Setelah itu mulailah lahir sebuah gerakan yang disebutkan sebagai gerakan Kharismatik. Gerakan ini dimulai pada tahun 1960. Sebenarnya tokoh-tokoh pertama dalam gerakan Pentakosta tidak bermaksud untuk menumbuhkan sebuah cabang yang baru pada pohon agama Kristen. Tetapi sesungguhnya menghidupkan kembali kerohanian gereja-gereja tradisional yang sudah ada.[12]
Secara fisik sesungguhnya tidak terdapat perbedaan antara pemimpin gerakan pentakosta dengan pemimpin dari gerakan Kharismatik ini. karena dasar daripada gerakan Kharismatik ini adalah gerakan Pentakosta itu sendiri. Karena pada dasarnya antara Kharismatik dan Pentakosta ini adalah bersumber dari sebuah sumber yang sama.
 Secara Etimologis Istilah “karismatik” berasal dari kata Yunani Perjanjian Baru (PB) kharisma artinya a gift (freely and graciously given) and a favor bestowed. Istilah “kharisma” digunakan untuk menunjuk pada karunia Allah secara umum misalnya karunia hidup kekal, seperti dalam Roma 6:23, “karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” τὸ δὲ χάρισμα τοῦ θεοῦ ζωὴ αἰώνιος ἐν Χριστῷ Ἰησοῦ τῷ κυρίῳ ἡμῶν. (Rom 6:23 BGT)[13]. Penggunaan istilah ini dalam bentuk jamak (kharismata), menunjuk pada karunia-karunia Roh secara khusus, seperti dalam I Korintus 12:9-11, demikian:

“Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. [14]


Sifat-sifat karunia Roh
Karunia Roh memiliki beberapa sifat dan ciri-ciri. Titik tolak dari apa yang menjadi pendapat bahwa terdapat sifat-sifat Karunia Roh adalah dalam 1 Kor 12:4-6.
Ada rupa-rupa karunia, teteapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam orang”.[15]

Maksud dari ayat diatas adalah memang terdapat banyak karunia yang bermacam-macam, tetapi hanya ada satu pemberi yang memberikan semuanya kepada manusia. Rasul Paulus juga memakai tiga kata yang berbeda untuk menyatakan karunnia-karunia itu sendiri. Pertama Rasul Paulus menggunakan kata Kharismata, karunia dari kasih karunia Allah (ay.4). Yang kedua adalah karunia Diakonia, bentuk-bentuk pelayanan (ay. 5). Yang ketiga adalah karunia energemata, daya atau kekuatan yang diaktifkan atau diberikan kedalam diri seseorang.[16]

Karakteristik dari karunia Rohani.
Spiritual gifts atau karunia rohani adalah sebuah pemberian dari Allah sendiri yang di dasarkan pada Anugerah-Nya yang digunakan untuk saling membangun di antara jemaat, seperti yang diungkapkan oleh Bridge  yaitu karunia rohani bertujuan untuk menguatkan persekutuan tubuh Kristus tetapi juga menyampaikan kesaksian dan pelayanan gereja kepada orang-orang yang tidak percaya.[17] Artinya bahwa karunia yang diberikan bukan dipakai untuk diri sendiri, melainkan untuk membangun orang lain di dalam pertumbuhan iman dan kerohanian mereka di dalam persekutuan tubuh Kristus. Manusia yang diberikan karunia rohani tersebut harus menggunakanya sebagai suatu kesaksian yang membuat orang lain diluar dirinya baik itu orang percaya maupun orang yang tidak percaya dapat memuliakan Allah dan mengakui bahwa Allah benar-benar hadir di dalam hidupnya.[18]
Karunia-karunia Rohani yang ada ini adalah semuanya berasal dari anugerah dan karya supranatural Allah yang satu (1 Kor 12:13) sehingga dapat dibedakan antara karunia yang diberikan oleh Allah dan apa yang merupakan bakat alamiah.[19] Tidak akan ada karunia tanpa adanya anugerah dari Allah. Karunia yang diberikan kepada manusia oleh Allah adalah Kharismata dan bukan Gift. Kharismata adalah sebuah pemberian yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk membuat manusia tersebut dapat lebih dekat dengan Allah. Sebaliknya, talenta atau gift itu adalah suatu yang dilatih oleh manusia sendiri dan sangat rawan membuat manusia menjadi sombong.
Kata talenta, sering dipakai dalam berbagai hal-hal duniawi, seperti dalam acara  pencarian bakat. Banyak dari antara mereka yang dikatakan sebagai seseorang yang”multi-talenta”.  Tetapi terkadang dengan dikatakan seperti ini, manusia cenderung sombong dan tidak mau memperdulikan orang lain yang ada.
Karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia adalah untuk digunakan oleh manusia, namun masih merupakan milik daripada Tuhannya.[20] Terkadang manusia yang mendapatkan karunia dari Tuhan menganngap bahwa karunia tersebut bukan dari Tuhan, melainkan usaha mereka sendiri untuk mendapatkannya. Manusia terkadang melupakan akan siapakah pemberi dari karunia-karunia tersebut.
Tidak semua dari karunia Roh itu ajaib. Ada beberapa dari karunia-karunia tersebut yang sangat jauh dari kata ajaib. Karunia-karunia yang biasa tersebut adalah karunia pengajaran dan penghiburan, memberikan uang dan menaruh belas kasihan[21], dan masih banyak lagi karunia-karunia yang bersifat biasa saja dan tidak ajaib.
Tetapi banyak dari antara orang-orang Kristen di dalam gereja, khususnya didalam gereja Kharismatik, menganggap bahwa apa yang mereka terima itu adalah semuanya bersifat ajaib dan spektakuler. Dan mereka menganngap bahwa apa yang mereka dapatkan itu adalah karena usaha mereka sendiri dan bukan dari pemberian Allah kepada mereka untuk membuat mereka lebih dekat kepada sang pemberi tersebut, melainkan mereka semakin menjauh.

Jenis-jenis karunia Roh
Dalam aliran Pentakosta dan Kharismatik, terdapat banyak sekali yang disebut sebagai karunia Roh yang mereka dapat dari Tuhan. Bahkan mereka menganggap bahwa apa yang mereka dapatkan itu bukanlah dari Tuhan, melainkan dari usaha mereka sendiri. “ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh, dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah yang satu mengerjakannya dalam semua orang. Sebab kepada yang seorang, Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.[22]
Karunia-karunia Roh ini dibagi menjadi tiga bagian besar, dan dalam ketiga bagian besar itu masih terdapat lagi bagian-bagian kecil didalamnya.

1.      Karunia-karunia penyingkapan
a.       Karunia perkataan hikmat
b.      Karunia perkataan pengetahuan
c.       Karunia membedakan roh
2.      Karunia-karunia pengungkapan
a.       Karunia berbahasa roh
b.      Karunia menafsirkan bahasa roh
c.       Karunia nubuat
3.      Karunia-karunia kuasa
a.       Karunia iman
b.      Karunia kesembuhan
c.       Karunia mukjizat.[23]

Apa yang dituliskan diatas adalah daftar dari karunia-karunia Roh yang diberikan Allah kepada manusia. Tetapi karunia-karunia tersebut terkadang disalah artikan dan disalah gunakan oleh para manusia yang menerimannya. Terutama dalam beberapa gereja yang beraliran Pentakosta dan Kharismatik.
Terkadang beberapa dari antara anggota gereja yang beraliran Pentakosta dan Kharismatik itu mengkultuskan atau bahkan mengatakan bahwa karunia yang mereka dapatkan itu adalah sebuah tanda yang menyelamatkan mereka. Kaum Kharismatik memberikan tekanan utama terhadap apa yang disebutkan oleh MacKay “kehidupan yang kasar” dengan mengidentifikasikannya sebagai ungkapan dari karunia-karunia rohani.[24]
Dari penjelasan diatas dapat dilihat perbedaan antara Kharismata dan Talenta. Kharismata itu adalah sesuatu yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai suatu hal yang dapat lebih mendekatkan manusia kepada sang pencipta. Berbeda dengan talenta. Ini sering kali membuat orang menjadi sombong, karena mereka menganggap bahwa apa yang mereka dapatkan sebagai talenta itu adalah karena hasil usaha mereka sendiri. Kata kharismata ini sesungguhnya berasal dari dalam Kisah2 yang menceritakan hari raya pentakosta atau haru pencurahan Roh Kudus. Tetapi sesungguhnya dalam gerakan Pentakosta, Kharismatalah yang mendapat perhatian yang besar sebagai sarana pengalaman. Mereka ini melihat Kharismata adalah sebuah hal yang sangat spektakuler, dan semuanya diuji dengan pengalaman sendiri.
Kisah 2 ayat 4 mengatakan bahwa mereka kemudian pergi dengan membawa Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.[25] Atas dasar inilah para penganut ajaran Kharismatik dan Pentakosta mengatakan bahwa tanda dari mereka telah memiliki Roh Kudus adalah mereka dapat berkata-kata dalam berbagai bahasa termasuk dalam bahasa roh.
Talenta itu adalah pemberian Tuhan juga dalam kehidupan manusia. Talenta itu lebih bersifat atau merujuk kearah yang duniawi. Seperti sering dipakai dalam berbagai acara pencarian bakat di televisi yang mengatakan bahwa seseorang tersebut adalah seorang yang multi talented, atau memiliki banyak talenta. Biasanya cenderung membuat orang tersebut menjadi sombong dan melupakan siapakah sesungguhnya sang pemberi talenta tersebut.
Jadi bisa dikatakan bahwa bahasa roh yang mereka dapatkan itu bukanlah yang berasal dari Roh Kudus, melainkan mereka pelajari sendiri. Jadi apa yang mereka sebut sebagai bahasa Roh mereka itu dapat dikatakan sebagai bahasa roh yang palsu, karena ada beberapa gereja Kharismatik yang membuka kursus berbahasa Roh. Bahasa Roh itu sebenarnya jika kita lihat dari Kisah Para Rasul, bukanlah bahasa Roh seperti yang dipakai dalam beberapa gereja Kharismatik saat ini. Melainkan apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul ini adalah Glosolalia dan bukan xenolalia.
Glosolalia adalah karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk bisa berbahasa lain selain bahasa daerah mereka masing-masing atau berbahsa negara lain. Karunia ini digunakan untuk lebih dan lebih lagi meninggikan nama Allah. Sebaliknya ada satu karunia berbahasa yang tidak dapat dipelajari kecuali diberikan karunia oleh Tuhan secara khusus. Karunia tersebut adalah karunia Senolalia. Senolalia ini adalah bukan seperti Glosolalia yang berkata-kata dengan bahasa asing, melainkan sungguh-sungguh berbahasa Roh. Senolalia ini tidak dapat dipelajari, dan jika ingin digunakan di dalam ibadah, maka harus ada seorang yang dapat menafsirkan apa yang dikatakan.
Karunia ini adalah karunia yang dipakai bukan dalam ibadah, melainkan karunia ini hanya dipakai secara pribadi dalam kehidupan doa masing-masing. Jikalau ingin dipakai dalam ibadah, maka harus ada yang memiliki karunia menafsirkan bahasa roh tersebut, tetapi jika tidak ada yang menterjemahkan, maka jangan dipakai karena dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain yang baru pertama masuk dalam gereja.
Kerinduan untuk tampak lebih rohani adalah salah satu penyebab mengapa karunia bahasa roh dieksploitasi dan diselewengkan.[26] Maksud nya diselewengkan itu adalah mereka orang-orang yang tidak mendapatkan karunia tersebut, berusaha untuk mendapatkan karunia tersebut dengan mempelajari. Jadi karunia bahasa roh tersebut adalah suatu hal yang palsu dan bukan murni karunia dari Tuhan.
Apakah sesungguhnya bahasa roh itu? Seperti yang ditulis Hoekema  : ”Spontaneous utterance of sounds in a languange the speaker has never learned and does not even understand.[27] Bahasa roh itu adalah suatu karunia yang tidak dapat dipelajari dan tidak dapat dengan sembarangan digunakan dalam ibadah. Hal ini dikarenakan bahasa Roh itu jarang ada orang yang mendpatkan karunia untuk menafsirkan bahasa roh tersebut, dan jika digunakan dalam gereja, maka sangat rawan menjadi batu sandungan bagi jemaat gereja, apalagi bagi jemaat baru yang datang, dan bisa jadi orang-orang yang menggunakan bahsa roh itu adalah orang gila atau orang yang sedang mabuk. Dan memang Karunia-karunia Roh. Karunia yang paling utama dan paling banyak dibicarakan adalah glossalalia (bahasa lidah), nubuat dan penyembuhan. Karunia-karunia yang di yakini untuk memperlengkapi mereka untuk mengemban misi-Nya.


Kesimpulan
Gerakan Kharismatik sesungguhnya sangat menekankan pengalaman mereka dan menuntut adanya suatu keharusan mendapatkan karunia rohani, sementara karunia rohani merupakan sebuah pemberian yang hanya Allah saja yang berhak menentukan diberi atau tidaknya. Hal ini menjebak mereka di dalam pemikiran yang agak tidak benar. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pengalaman, selama pengalaman itu di ubah menjadi sesuatu yang memberkati dan memuliakan Tuhan bukan memuliakan diri sendiri.
 Karunia Rohani merupakan sebuah anugerah Allah yang berdasarkann pada kedaulatan-Nya sebagai Allah sang pemberi karunia, akan tetapi bukan berarti manusia tidak dapat memina karunia. Hanya saja jika tidak di beri tidak harus dipaksakan untuk di dapatkan, sebab hanya  akan menjadi suatu hal yang menyesatkan.


















Daftar Pustaka

Anderson, R.M. “Pantecostal and  Charismatic Christianity” dalam M.Eliade. editor, The Encyclopedia of Religion, Vol.XI,  New York:t.p, 1987
Aritonang, Jan S Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003. 
Bridge , Donald & David Phypers, Spiritual Gifts and The Church. Illinois: Inter-Varsity Press, 1973
Catherine, Marshal, Roh Kudus Penolong Kita, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1996.
Cho, Yonggi Paul, Roh Kudus adimitra saya, Jakarta: Yayasan Penerbit Immanuel.
Hans, Maris Gerakan Kharismatik dan Gereja kita, (Surabaya: Momentum).
Hoekema, Anthony What About Tongue- Speaking?. Grand Rapids,Michigan: Eerdsman Publishing
Mac, Arthur John F. Jr, Apakah Kharismatik itu?, Lawang: Ekklesia
Makalah Sahabat Awam, Pentakosta dan Kharismatik Bandung:Yayasan Bina Awam.
Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain Dengan Api: Relasi Antara Gereja-Gereja Mainstream dan Kalangan Karismatik Pentakosta. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Siburian, Togardo. Diktat Kuliah Doktrin Roh Kudus materi 5
Stott, John R.W, Baptisan dan kepenuhan, Jakarta, BPK Gunung Mulia.




[1]Jan S Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), 197. 
[2]Makalah Sahabat Awam, Pentakosta dan Kharismatik ( Bandung:Yayasan Bina Awam,tt), 7.
[3]Jan  S Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,  196.
[4]Rijnardus A. Van Kooij & Yam’ah Tsalatsa A, Bermain Dengan Api: Relasi Antara Gereja-Gereja Mainstream dan Kalangan Karismatik Pentakosta. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 34.
[5]R.M. Anderson, “Pantecostal and  Charismatic Christianity” dalam M.Eliade (ed), The Encyclopedia of Religion, Vol.XI( New York:t.p, 1987),232.
[6]Hans Maris, Gerakan Kharismatik dan Gereja kita, (surabaya: Momentum) 9.
[7]Ibid, 10
[8]Ibid, 11
[9]Hans Maris, Gerakan Kharismatik dan Gereja kita, (surabaya: Momentum) 15.
[10]Ibid 17
[11]Ibid 18
[12]Hans Maris, Gerakan Kharismatik dan Gereja kita, (surabaya: Momentum) 22.
[13]Bibleworks 9
[14]I Korintus 12:9-11
[15]John R.W Stott, Baptisan dan kepenuhan, (Jakarta, BPK Gunung Mulia), 80.
[16]ibid
[17]Donald Bridge & David Phypers, Spiritual Gifts and The Church (Illinois: Inter-Varsity Press, 1973),19.
[18]Berdasarkan I Korintus 14:25
[19]Diktat Kuliah Doktrin Roh Kudus materi 5.
[20]Ibid.
[21]John R.W Stoot, Baptisan dan kepenuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 88.
[22]Paul Yonggi Cho, Roh Kudus adimitra saya, (Jakarta: Yayasan Penerbit Immanuel, t.t.), 145
[23] Ibid 148
[24]John F. Mac Arthur Jr, Apakah Kharismatik itu?, (Lawang, Ekklesia), 120
[25] Catherine Marshal, Roh Kudus Penolong Kita, (Jakarta: BPK Guning Mulia, 1996), 198.
[26]John F. Mac Arthur Jr, Apakah Kharismatik itu?, (Lawang, Ekklesia), 123
[27]Anthony Hoekema, What About Tongue- Speaking? (Grand Rapids,Michigan: Eerdsman Publishing), 9.

Komentar

  1. pembahasan karunia Roh memang menarik

    BalasHapus
  2. artikel menarik, kunjungan balik ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul

Pengalaman ke "Gereja Diskotik"

Add caption Beberapa waktu yang lalu, di hari minggu, saya di ajak pergi bersama beberapa orang teman ke sebuah Gereja yang terletak di sebuah Mall di Bandung. Sebelumnya saya memang belum pernah ke gereja ini, menurut teman-teman saya ini gereja yang ini termasuk bagus dalam pujian dan penyembahannya (dalam hal ini berarti Gereja Karismatik), hal ini membuat saya tertarik ingin beribadah disitu, lagian belum pernah kesitu juga. Ketika kami memasuki Mall tersebut, kami mengantri di depan Lift dengan berjubelnya manusia yang hendak pergi ke gereja yang sama ternyata, sebab tentunya saya tahu dari cara berpakaian mereka dan kebanyakan dari satu jenis ras yang sama berkulit putih bermata agak sipit, lagian masih terlalu pagi juga untuk orang biasa mengunjungi mall yang masih belum buka jam segitu. Ketika lift mencapai lantai dasar, kami berlima memasuki lift yang berkapasitas hanya 12 orang tersebut, menaiki lift menuju lantai 5. Ketika pintu lift dibuka dari dalam Gereja terdengar