Langsung ke konten utama

Internet dan Gereja



PENDAHULUAN

            Kemajuan dan berjalannya zaman dari tahun ke tahun membawa perubahan yang besar bagi perkembangan isu-isu seputar permasalahan-permasalahan dunia, baik itu politik, sosial, budaya, ekonomi, bahkan agama. Banyak orang yang menyebutkan bahwa dunia saat ini sedang atau bahkan telah memasuki pada apa yang dinamakan “Era Globalisasi”, dimana gaya hidup serta pola tingkah laku masyarakat ditandai dengan pola pikr individualisme tinggi, menganggap tidak ada hukum-hukum absolut, menjunjung tinggi rasionalitas, dan kecenderungan orang untuk mendapat sesuatu dengan instan.
            Masyarakat Indonesia, dalam era globalisasi ini tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas dalam inovasi-inovasi sebagai akibat canggihnya teknologi informasi, telekomunikasi , tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada pasar bebas, serta tingkat efisiensi dan kompetitif yang tinggi di berbagai bidang kehidupan. Suka – tidak  suka, mau – tidak mau, bangsa Indonesia harus mengikutinya jika tidak akan ketinggalan dan mungkin disebut Negara “primitif”, yang tidak mengikuti perkembangan zaman dan dianggap sebelah mata oleh dunia global.
            Internet merupakan suatu hasil dari kemajuan teknologi dalam era globalisasi yang marak, bahkan saat ini menjadi hal yang vital bagi sebagian kalangan masyarakat. Begitu banyak masyarakat yang bergantung pada internet, sehingga internet menjadi suatu bagian dari kehidupan masyarakat modern. Internet dianggap dapat menjawab serta memenuhi semua kebutuhan kehidupan mereka dari berbagai aspek, entah itu kehidupan sosial, ekonomi, politik, bahkan religiositas pun bergantung pada internet. Sungguh hal ini merupakan sebuah gaya baru dalam perubahan kehidupan secara global.
            Bagaimana hal ini jika dikaitkan dengan konteks gerejawi? Apakah perkembangan zaman dan kemajuan iptek khususnya internet menghambat pertumbuhan  serta menjadi tantangan terbesar bagi gereja? Atau justru dalam era globalisasi gereja justru bisa memanfaatkannya sebagai batu loncatan bagi gereja untuk bertumbuh dan berkembang? Dewasa ini begitu banyak pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang membuat gereja seakan-akan goncang dan akhirnya kebingungan serta tidak mampu untuk beradaptasi terhadap perkembangan zaman.

            Tulisan ini akan memaparkan mengenai tantangan serta pergumulan gereja masa kini dalam menghadapai perkembangan dan kemajuan zaman khususnya dalam perkembangan teknologi informasi yaitu internet, yang akhir-akhir ini sudah menjadi satu dengan kehidupan masyarakat.


INTERNET
a. Definisi dan Asal - Usul Singkat Internet
            Internet atau ‘net’ adalah jaringan komputer terbesar didunia[1]. Terbentuknya internet dapat menyatukan sebuah jaringan komputer dengan jaringan komputer lainnya. Internet (kependekan dari interconnection-networking) yang secara  harfiah bisa dikatakan sebagai  sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung  menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani  miliaran  penggunanya di seluruh belahan dunia.
            Internet merupakan sebuah jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan negara Amerika Serikat pada tahun 1969. Pada saat itu Departemen pertahanan Amerika membuat sebuah proyek yang ditujukan buat misi militer yang dinamakan proyek ARPANET atau Advanced Research Project Agency Network yang adalah sebuah proyek untuk membuat sebuah komunikasi tanpa batas melalui jaringan saluran telepon. Di dalam proyek ini mereka merancang bentuk jaringan, kehandalan besarnya informasi yang dapat dikirim atau diterima, dan melalui perkembangan-perkembangan serta inovasi proyek tersebut manghasilkan apa yang disebut sebagai Internet Protocol Suite (TCP/IP) yang merupakan cikal bakal dari internet itu sendiri.
            Seiring dengan berjalannya waktu proyek ini berkembang semakin pesat sehingga beberapa universitas di Amerika tertarik untuk ikut mengembangkan proyek ini dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehingga situs-situs seperti Google tercipta maka terbentuklah proyek yang baru sehingga internet bisa digunakan bukan hanya bagi militer saja tetapi juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya.


b. Internet Dalam Masyarakat.
            Awal mula, internet hanya beredar dikalangan akademisi, para ilmuwan, yang membutuhkan internet sebagai alat bantu dalam memperlancar dan menyelesaikan penelitian sains mereka, seiring dengan berjalannya waktu internet mulai digunakan sebagai kebutuhan dalam perusahaan ataupun keperluan komunikasi perkantoran yang memudahkan pegawainya untuk mendapatkan informasi terbaru seputar dunia bisnis ataupun harga-harga pasaran dunia.
            Saat ini internet bukan hanya dinikmati kaum-kaum tertentu saja, melainkan telah digunakan hampir sebagian besar kalangan masyarakat. Tak ketinggalan, Indonesia pun saat ini merupakan pengguna internet terbanyak dunia. Masyarakat Indonesia telah menikmati internet sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan juga di desa. Di Indonesia sendiri, internet telah dipelopori oleh Universitas Indonesia tahun 1986.[2] Internet digunakan sebagai alat bantu dalam kelancaran informasi serta mendapatkan hal-hal baru seputar kehidupan.
            Internet hadir di masyarakat membawa dampak baik itu positif ataupun negatif salah satu dampak positifnya ialah dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan internet berfungsi sebagai penunjang sarana belajar-mengajar antara guru atau dosen dan para murid atau mahasiswa. Begitu banyak sekolah-sekolah ataupun universitas yang menggunakan internet sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mereka. bagi para guru atau dosen, internet digunakan sebagai sarana untuk mencari data-data pengajaran yang hendak disampaikan, dan bagi para murid atau mahasiswa, internet dapat digunakan untuk hal yang sama, bahkan bagi para mahasiswa internet digunakan untuk mencari informasi beasiswa pendidikan luar negeri yang menyediakan sarana beasiswa di universitas-universitas ternama di luar negeri.
            Bukan hanya dalam dunia pendidikan, dampak adanya internet pun dirasakan bagi para kaum pebisnis. Salah satunya adalah Telecommuting, yaitu sebuah konsep bekerja tanpa meninggalkan rumah karena menggunakan jasa koneksi internet, untuk melakukan hubungan dengan semua karyawan dalam suatu perusahaan.[3] Para pebisnis tidak lagi kerepotan untuk mengatur dan mengelola perusahaan mereka dengan terjun langsung mengecek kinerja karyawan mereka. dengan jasa internet semua hal bisa dikontrol dalam satu kali akses saja.


            Kehadiran Internet di masyarakat secara otomatis merubah budaya yang ada dalam masyarakat. Masyarakat menjadi semakin individualis, karena internet menyediakan segala keperluannya. Hal ini membuat relasi sosial antar masyarakat menjadi semakin berkurang. Semua data yang ada di internet membuat masyarakat kurang berkomunikasi dimana lewat komunikasi inilah membuat hubungan erat bagi sesama itu terjalin. Hal inilah merupakan salah satu efek negatif internet dalam masyarakat, ketika hubungan inter-personal semakin terkikis dengan kemajuan teknologi. Individualisme juga membuat  Semakin lunturnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena dianggap tidak ada hubungannya (sekularisme).
            Saat ini internet bisa ditemukan dimana saja, baik melalui komputer, handphone, bahkan arloji serta televisi pun mulai dilengkapi dengan fasilitas internet. Informasi dari berbagai belahan dunia bisa langsung di akses dalam hitungan detik. Internet seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang positif serta menimbulkan dampak positif juga, akan tetapi tidak dapat dipungkiri dan dihindari bahwa kehadiran internet sebaga media baru yang adalah buah dari kemajuan teknologi telah membawa dampak negatif juga bagi masyarakat luas.

c. Internet dan Tantangan Gereja
            Dalam masyarakat sekular, kehadiran internet merupakan sebuah hal yang dianggap paling menggembirakan, sebab dengan hadirnya internet dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan segala informasi yang diinginkan. Bagaimanakah dengan gereja? Apakah ada dampak yang ditimbulkan internet dalam kehidupan gereja? Penulis dalam hal ini akan memaparkan dampak yang ditimbulkan bagi gereja.
1. Dampak  Positif
·      Sebagai Pusat Informasi
            Kehadiran internet di tengah-tengah masyarakat tentunya juga berdampak bagi gereja. Bagi masyarakat orang-orang Kristen, kehadiran internet disambut sama seperti masyarakat pada umumnya. Dengan adanya internet, warga gereja bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru seputar keseharian mereka, entah itu kehidupan sosial, pekerjaan dan bisnis, bahkan untuk masalah spiritualitas.

            Hadirnya internet ditengah-tengah dunia ini seharusnya membawa begitu banyak dampak positif bagi gereja, jika gereja dapat memanfaatkannya dengan baik. Salah satu contoh, saat ini begitu banyak gereja yang memanfaatkan media internet sebagai pusat informasi mengenai permasalahan-permasalahan seputar kekristenan diseluruh dunia. Melaluinya, gereja mendapatkan begitu banyak info-info yang berguna bagi jalannya pelayanan gereja itu sendiri.   

·      Sebagai Sarana Pendidikan Kristen
Selain itu seharusnya kehadiran internet membawa satu kemajuan pendidikan Kristen
bagi warga gereja, karena internet menyediakan begitu banyak situs-situs resmi yang bertemakan pendidikan Kristen yang dapat menunjang iman serta pengetahuan warga gereja, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Melalui internet pula, warga jemaat dapat mengakses informasi mengenai pendidikan teologia yang disediakan oleh sekolah-sekolah teologi yang menyediakan beasiswa.

·      Sarana Penginjilan
            Hal positif berikutnya yang dapat gereja ambil dari internet adalah memanfaatkan media internet sebagai sarana penginjilan. Saat ini begitu banyak gereja-gereja yang telah memanfaatkan internet sebagai sarana mereka memberitakan dan menyampaikan misi Allah ditengah-tengah dunia ini. penginjilan yang dilakukan melalui media internet sangat efektif untuk menjangkau orang-orang yang rindu akan kebenaran. Gereja dapat membuat situs resmi ataupun sebuah blog yang menyediakan informasi-informasi serta bahan-bahan penginjilan. Melalui media internet, justru menjadi ajang bagi para teolog-teolog menuliskan artikel-artikel mengenai teologia yang dapat membangun dan memberi pengetahuan penting bagi warga gereja sendiri.

·      Sarana Komunikasi
            Komunikasi dapat dibangun melalui internet terhadap relasi-relasi gereja yang jauh. Melalui e-mail atau surat elektronik, gereja dapat terhubung kepada pusat gerejanya mungkin, ataupun dengan gereja-gereja diluar yang mengadakan kerjasama dalam sebuah komunikasi yang disediakan internet.

2. Dampak Negatif
            Selain menimbulkan dampak positif, kehadiran internet juga menghasilkan efek negatif gereja. Efek negatif yang ditimbulkan akibat internet sangat beragam. Individualisme merupakan gejala yang ditimbulkan oleh kehadiran internet. Warga gereja semakin bersikap Individualisme, bukan lagi mengasihi diri, tetapi memperhatikan dirinya sendiri. dari sinilah muncul apa yang dinamakan dengan egoisme. Egoisme merupakan hal memperhatikan dan memperjuangkan diri sendiri dan tidak memperhatikn atau melihat orang lain.[4]
            Mengapa hal ini bisa terjadi? Penulis berpendapat bahwa Individualisme bisa timbul karena internet dianggap telah menyediakan segala keperluan warga gereja. Adanya situs-situs rohani dalam internet membuat warga gereja beranggapan bahwa injil bisa didapatkan melalui internet, sehingga mereka berpikiran bahwa tidak perlu capek-capek ke gereja dan melakukan interaksi dengan sesama jemaat. Hal ini apabila dibiarkan merupakan awal penghancur keutuhan gereja yang adalah satu tubuh dalam Kristus. Ini merupakan tantangan bagi gereja.
            Hal berikut yang menjadi pergumulan gereja karena kehadiran internet adalah dapat merosotnya moralitas warga gereja, khususnya kaum remaja dan pemuda. Pornografi merupakan hal yang sangat nyata dan bebas yang bisa diakses melalui internet. Hal ini jika tidak ditanggulangi dengan baik, justru bisa menjadi hal yang lebih meluas dan dapat merusak sistem kerja otak pemuda dan remaja. Para pemuda dan remaja masa kini bahkan orang-orang tua pun dapat mengakses hal-hal pornografi yang dapat merusak moralitas sekaligus spiritualitas mereka. Gereja seharusnya bergumul lebih dalam untuk dapat menjawab serta menyelesaikan permasalahan ini. Tanggung jawab gereja kepada warganya harus nyata dalam memuridkan serta mewujudkan warga gereja yang berkarakter seperti Kristus.
            Adanya dampak-dampak negatif ini membuat sebagian orang khususnya dalam gereja berpendapat bahwa kemajuan teknologi membawa dampak yang tidak baik dan dapat merusak moral jemaat. Banyak anggota gereja bahkan Hamba Tuhan sendiri yang antipati terhadap perkembangan iptek. Sikap pesimis terhadap iptek pun muncul bagi mereka yang senantiasa
memandang dengan kaca mata kelabu, bahwa apa yang dicapai manusia akan menjadi sia-sia, bukan berkat melainkan justru menjadi laknat bagi kehidupan manusia itu sendiri.[5]
           
d. Sikap Gereja
            Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa tantangan dan pergumulan gereja masa kini terhadap perkembangan iptek cukup berat. Masalah individualisme dan merosotnya moralitas warga gereja menjadi faktor utama dalam tantangan yang dihadapi gereja. Bagaimanakah seharusnya gereja bertindak untuk mencegah hal ini semakin parah? Menurut Stanley Heath, gereja seharusnya melakukan dua hal yaitu penginjilan dan pendidikan.[6]
            Penginjilan dan pemuridan mutlak diperlukan bagi orang Kristen agar jelas baginya apa yang menjadi pokok permasalahan sesungguhnya. Menerima Yesus benar-benar sebagai Juruselamatnya, sebagai pengampunan dosa sekaligus akan menghasilkan pembaharuan mental dan mempertajam pengindraan rohani sehingga ketika kerohaniannya matang, membuat pemikiran-pemikiran yang dihasilkan akan dapat menyaring dan memilah-milah mana yang baenar dan mana yang tidak.
            Pendidikan gereja pun tak kalah pentingnya. Mimbar-mimbar pengajaran yang Alkitabiah dan bercorak kekristenan seharusnya ditingkatkan untuk mempertajam wawasan serta pengetahuan warga gereja, sehingga melaluinya dapat mengetahui kebenaran secara lebih mendalam. Setiap orang Kristen dituntut harus mengerti apa kata Alkitab tentang kehidupan, dan hal ini adalah tugas gereja sekaligus tugas warga gereja sendiri. Pendidikan terhadap kaum muda gereja merupakan hal yang sangat penting, mengingat dampak negatif dari internet sebagian besar berimbas pada kaum muda yang sangat rentan terhadap godaaan kejahatan karena masih kurangnya pengetahuan Kristen.
            Memang dalam menghadapi derasnya perkembangan-perkembangan sains dalam era globalisasi ini membuat gereja berada dalam satu pergumulan yang berat. Tetapi seharusnya gereja mampu untuk mengatasinya jika dapat dengan tepat mengarahkannya pada hal-hal yang positif yang ditujukan untuk pengembangan pelayanan serta kematangan iman warga gereja. Pengarahan serta sosialisasi diperlukan dalam rangka mengatasi kesalahpahaman warga gereja dalam menghadapi kemajuan iptek khusunya internet.
            Selain daripada kedua hal di atas, yaitu pendidikan dan penginjilan, dibutuhkan adanya suatu aksi yaitu bimbingan serta sebuah pelatihan. Disini pelatihan yang dimaksud adalah kesinambungan dari pendidikan yang diberikan. Bimbingan dan pelatihan dimaksudkan untuk lebih memperkuat pemahaman serta mempertajam pengertian yang akan meningkatkan positivitas berpikir dan juga skill yang baik sehingga kemungkinan besarnya generasi di dalam gereja semakin mengerti dengan baik penggunaan internet dengan bijak.

KESIMPULAN
            Internet dianggap bukan hanya sebagai pelengkap, namun adalah bagian dari kehidupan sehari-hari entah itu dalam masyarakat sosial atau dalam sebuah sub-kultur seperti kelompok-kelompok, bahkan di dalam gereja sekalipun. Sebagai Perkumpulan dan tubuh Kristus gereja seharusnya dapat mempertahankan satu kesatuan dalam Kristus tanpa harus anti terhadap kemajuan zaman. Gereja seharusnya bisa berkontekstualisasi mengikuti kemajuan perkembangan dunia. Sikap arif yang dituntut dari gereja adalah senantiasa mengadakan perenungan refleksi terhadap hasil-hasil pencapaian ilmu dan teknologi yang spektakuler itu.[7] Gereja seharusnya dapat memilah dan memilih serta menentukan yang mana yang baik yang dapat digunakan untuk kepentingan gereja dalam rangka memajukan iman warga gereja.Gereja seharusnya tidak perlu ragu untuk berkata ya atau tidak. Selama hal itu membawa dampak positif, maka gereja harus mengakomodasi hal itu sedemikian rupa.
            Internet merupakan hal yang sangat vital dewasa ini, namun harus bisa dipastikan bahwa penggunaan internet haruslah membawa dampak yang baik bagi gereja bahkan bagi semua masyarakat. Apabila menggunakannya dengan bijak, maka hasil yang didapatkan akan sangat bermanfaat untuk kemajuan kita. Gereja  tidak perlu takut dan anti terhadap kemajuan teknologi selama hidup gereja berpadanan dengan Alkitab.
            Yesus sendiri sudah menunjukan jalan yang tepat dan benar untuk hidup dalam kebenaran yang diamanatkan dalam Mat. 28:18-20, sehingga gereja tidak perlu takut untuk menghadapi tanrtangan apapun disekitar kita. Internet merupakan media yang baik untuk melaksanakan amanat agung yang Tuhan sudah perintahkan bagi umat-Nya. Hanya perlu di ingat bahwa tidak boleh terlalu menerima semua hasil dari internet namun tidak harus menolak hasil-hasil dari kecanggihan internet. Semua dapat bersifat fleksibel.






DAFTAR PUSTAKA

Darmaputera, Eka. Iman dan Tantangan Zaman. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Heath, Stanley. “Tantangan Dalam Lingkup Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” dalam “Menuju Tahun         2000: tantangan gereja di Indonesia”. Bandung: Pusat Literatur Euangelion, 1989.

SP, Soetarman,“Gereja di tengah Perkembangan Iptek: Menjadi Bonsai?”dalam   Fundamentalisme, Agama-Agama dan Teknologi , edited by  Sotearman SP, Weinata   Sairin, Ioanes Rakhmat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993

Tung, Khoe Yao dan Markus Isan Limas, Cara Menjadi Kaya dan Pintar melalui Internet.            Jakarta: Dinastindo, 1995.




          [1] Khoe Yao Tung dan Markus Isan Limas, Cara Menjadi Kaya dan Pintar melalui Internet. (Jakarta: Dinastindo, 1995).,14
          [2]Ibid., 61
          [3]Ibid., 66
          [4]Lih. Eka Darmaputera, Iman dan Tantangan Zaman, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003)
          [5]Soetarman SP,“Gereja di tengah Perkembangan Iptek: Menjadi Bonsai?” dalam Fundamentalisme, Agama-Agama dan Teknologi , ed. Sotearman SP, Weinata Sairin, Ioanes Rakhmat. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 119.
          [6]Lih. Stanley Heath, “Tantangan Dalam Lingkup Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” dalam Menuju Tahun 2000: tantangan gereja di Indonesia. (Bandung: Pusat Literatur Euangelion, 1989), 88.
          [7]Soetarman SP, 123

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul

Paper Allah Tritunggal

PENDAHU LUAN             Tritunggal merupakan suatu istilah populer dalam kekristenan dan merupakan salah satu ajaran fundamental dalam agama Kristen. Doktrin ini lahir dari perumusan bapa-bapa gereja mula-mula dengan presuposisi dasar dalam melihat Alkitab sebagai pengenalan akan Allah yang telah menyatakan diriNya secara khusus melalui Firman-Nya dan bahwa Allah mengkomunikasikan diriNya secara cukup bagi manusia untuk mengenal Allah yang sesungguhhnya sehingga manusia dapat menjadi bijak dan menuntun  menuju keselamatan. [1] Dari pemahaman dasar inilah mereka melihat dan merumuskan bahwa Allah hadir dan menyatakan diriNya  dalam wujud Allah Tritunggal.             Namun dalam perjalanannya tentu saja hasil dari perumusan ini tidak sepenuhnya diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian kalangan. Hantaman kritikan dari berbagai teolog-teolog yang kontra dan tidak sejalan dengan pengajaran ini di zamannya berusaha untuk meruntuhkan dan membuat pengajaran baru. Salah satu dianta