Langsung ke konten utama

Siapa yang menahan sang Durjana??



Pendahuluan

            Rasul Paulus merupakan seorang Yahudi “kental” yang terpanggil untuk menjadi saksi Kristus. 1 Timotius 1:13 menuliskan “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Peralihan ini, yakni dari seorang penganiaya kepada seorang beriman kristiani disebut “pertobatan Paulus”.[1]
 Setelah pertobatannya Paulus menuliskan pokok-pokok ajarannya melalui surat-suratnya di dalam Alkitab yang dikanonisasi sebanyak 13 surat – diluar surat Ibrani – yang diakui merupakan tulisan yang diwahyukan oleh Allah. Salah satu suratnya ditujukan bagi jemaat di Tesalonika. Surat di Tesalonika yang berjumlah dua buah itu memuat pokok-pokok ajaran Paulus kepada jemaat di Tesalonika.
Salah satu pokok ajaran yang diajarkan oleh paulus kepada jemaat di Tesalonika adalah mengenai kedurhakaan sebelum  datangnya Kristus kedua kalinya di dalam 2 Tesalonika 2:1-13 hal ini dikarenakan pandangan-pandangan mengenai kedatangan Yesus yang beredar di masyarakat Tesalonika pada saat itu. Dalam perikop ini Paulus menggunakan kata-kata yang tidak mudah untuk dimengerti dan sepertinya hanya ditujukan khusus dan hanya bisa dimengerti oleh masyarakat di Tesalonika pada saat itu.
Satu istilah yang cukup menarik untuk dilihat adalah pemakaian kata “menahan dia” dalam ayat 6, dan “masih ada yang menahan dan kalau yang menahannya itu...”. Ini menyiratkan bahwa ada sesuatu yang membelenggu “kedurhakaan” yang akan terjadi itu sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.
Dalam pembahasan paper ini, penulis akan mencoba memaparkan apa sebenarnya maksud Rasul Paulus dalam tulisannya di 2 Tesalonika 2;1-12 ini dan mencoba menganalisa latar belakang, konteks penulisan serta studi kata dalam  perikop dan membandingkan beberapa tafsiran sebagai referensi untuk memperkuat pemahaman penafsiran yang lebih tepat.

Latar Belakang Kitab 2 Tesalonika
Ada yang berkata bahwa surat kepada jemaat di Tesalonika ditulis oleh salah seorang pengikut Paulus setelah Paulus meninggal. Sebab di dunia kuno bukanlah hal yang aneh jika seorang murid menggunakan nama gurunya dalam tulisannya dalam menghormati gurunya.[2] Akan tetapi bagi penulis pandangan ini tidak bisa di terima sebab pemakaian struktur bahasa dan begitu banyaknya pengulangan menguatkan bahwa surat pertama dan kedua ditulis oleh orang yang sama. Ada pandangan yang mengatakan bahwa surat ini ditulis Paulus, Silwanus dan Timotius[3] sebab di dalam salamnya, diawali dengan kalimat “Daripada Paulus dan Silwanus dan Timotius datang kepada sidang jemaat orang Tesalonika yang di dalam Allah, yaitu Bapa kita, dan di dalam Tuhan Yesus Kristus; yang seakan-akan menunjukan bahwa surat ini ditulis oleh tiga orang yaitu Paulus, Silwanus dan Timotius. Keterangan ini harus dimengerti sebagai rasa penghormatan Paulus kepada Silwanus dan Timotius yang bersama-sama dengan Paulus menginjili di Tesalonika jadi adalah wajar jika Paulus menyebut nama Silas dan Timotius di dalam kedua suratnya kepada jemaat di tesalonika.[4]
 Kitab 2 Tesalonika merupakan surat kedua paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis tidak lama setelah surat I Tesalonika.[5]  Di dalamnya tercantum rasa ucapan syukur penulis mengenai pertumbuhan iman jemaat di Tesalonika yang terus bertumbuh di dalam iman walaupun mereka mengalami masa dimana adanya kesulitan, penderitaan bahkan ajaran-ajaran palsu yang mengajarkan mengenai parousia (yun: παρουσια). Kata ini sering dipakai sebagai acuan untuk menunjuk pada kedatangan kedua Yesus Kristus.[6]
Pengajaran mengenai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali ini merupakan ajaran yang dimuat dalam surat sebelumnya yaitu surat pertama Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Di dalam 1 Tesalonika  5:2 Paulus menuliskan: “Karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.” Dan ayat 6: ” Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.” Paulus mau mendorong jemaat di Tesalonika untuk selalu siap menghadapi kedatangan Tuhan ini. Akan tetapi hal ini membuat para jemaat di Tesalonika menjadi resah sebab mereka salah mengartikan bahasa Paulus. Keadaan jemaat Tesalonika menjadi tidak sehat sebab orang tidak berbuat apa-apa selain menunggu dan berjaga-jaga.[7] Mereka juga kecewa karena ada yang mengatakan bahwa Kristus sudah datang kembali dan mereka telah kehilangan kesempatan untuk menikmati peristiwa itu.[8] Ini adalah pengajaran dari guru-guru palsu yang menyatakan  bahwa Yesus telah datang kembali.[9]
Maka pada surat Paulus yang kedua Paulus hendak menegaskan kembali penekanan ajarannya mengenai kedatanhgan Yesus Kristus yang kedua kali, dengan harapan mereka tidak menyalah artikan dengan menunggu dengan vakum dan berdiam diri ketika saat itu tiba. Surat kedua menyusul sebagai penegasan dan penjelasan kembali mengenai perkataan-perkataan Paulus dalam suratnya yang pertama, sehingga jika dilihat terdapat banyak kesamaan di dalam kedua surat ini.

Struktur Teks[10]
I.                   Alamat dan Salam (1:1-2)
II.                Sejarah dan Ajaran
a.       Ucapan Syukur dan Doa untuk  Tesalonika (1:3-12)
b.      Pengajaran tentang peristiwa sebelum Parousia (2:1-12)
c.       Pembaruan Ucapan syukur dan Nasihat (2:13-15)
III.             Hiburan dan Teguran (3:1-16)
a.       Permintaan Doa Tesalonika (3:1, 2)
b.      Keyakinan dalam kemajuan Tesalonika (3:3-5)
c.       Charge with regard to the disorderly (3:6-12)
d.      Nasihat kepada anggota setia gereja (3:13-15)
e.       Doa (3:16)
IV.             Salam dan Doa (3:17-18)

Analisa Teks
            Di dalam perikop ini, Paulus hendak memberitahukan kepada jemaat di Tesalonika dalam menanggapi pengajaran mengenai Parouisa agar supaya mereka tetap tenang dan menanti dalam hikmat. Jangan bingung dan gelisah (ay.2) sebab seperti yang telah dipaparkan di dalam latar belakang bahwa mereka mengalami kebingungan pemahaman mengenai ajaran Paulus ini yang dikembangkan oleh nubuatan pengajar-pengajar palsu yang secara literal diterjemahkan dengan “ilham roh” (ay.2) sumber kesalahan dikatakan Paulus bisa datang juga dari pemberitaan dan surat Paulus sendiri. Dari tiga sumber Ini  menunjukan bahwa ada guru palsu yang mengklaim otoritas Paulus di dalam menegaskan pengajaran mengenai parusia.[11] Kebingungan orang-orang Tesalonika dikarenakan mereka bingung jika Kristus sudah datang kembali, maka orang-orang Kristen yaitu saudara-saudara mereka yang telah terlebih dahulu meninggal tidak akan mendapatkan  kesempatan untuk berkumpul bersama-sama dengan Dia.[12] Dan ini dibantah Paulus melalui surat kedua kepada Tesalonika ini.
            Selanjutnya melalui perikop ini Paulus mau menegaskan bahwa sebelum hari itu datang, akan ada kemurtadan yang kemudian disebut sebagai manusia durhaka yang mau mengambil kekuasaan Allah dan meninggikan dirinya melebihi Allah (ay.3-4).
            Di dalam ayat 6, Paulus memakai pernyataan “dan kamu tahu sekarang apa yang menahan dia”. Apa sebenarnya maksud Paulus dengan ungkapan ini? Ketidakjelasan mengenai frasa ini dapat dilihat, sebab memang tidak ada petunjuk yang dapat membantu pembaca masa kini untuk mengerti dengan baik maksud Paulus ini.
Pembagiannya:
Ayat 6. “Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia”
Ayat 7a. “tetapi sekarang masih ada yang menahan.”
Ayat 7b. “Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan,”
            Kata menahan dalam ayat 6 ini di dalam bahasa aslinya adalah κατεχωv (katechon; present, partisip, aktif,- Neuter, Akusatif, Tunggal) Kata ini juga dapat diartikan sebagai “berpegang” (1 Tesalonika 5:21) atau “menyimpan” Lukas 8;15. Akan tetapi dalam konteks ini lebih teapat diterjemahkan sebagai “menahan”.
Akan tetapi terjadi perubahan tata bahasa pada ayat 7 menjadi (ὁ κατέχων: present, partisip, aktif – Nominatif, Maskulin, Singel) dalam ayat 6 neuter dan ayat 7 dipakai kata yang menunjuk gender maskulin, perubahan gender ini menurut Cleon R Rogers dapat menunjukan sebagai berikut : “Though many explanation for the restrainer had been offered in light of the supernatural character of "the one holding back", the use of the masculine article in verse 7 may suggest that "the restrainer" is the Holy Spirit.[13] Hanya saja Sekalipun demikian, mengapa Paulus berbicara tentang Roh Kudus dengan memakai bahasa yang demikian kabur? Lagi pula, bagaimana penyataan diri Antikristus dapat menjadi tanda bagi gereja sudah terangkat?[14] Perubahan gender tersebut juga mengindikasikan bahwa yang menahan itu adalah suatu orang yang berkuasa – dalam hal ini mungkin saja Kaisar Nero di kerajaan Romawi[15].
Menafsirkan bagian ini tidaklah mudah sebab tidak ada keterangan lebih mendetail yang disampaikan oleh Rasul Paulus melalui suratnya ini. Satu-satunya yang dapat diketahui adalah bahwa jemaat di Tesalonika pasti mengetahui dengan pasti apa maksud Paulus dengan frasa “apa yang menahan” sebab Paulus berkata, “dan sekarang kamu tahu” atau dapat diterjemahkan  “kalian menyadari” menunjukkan bahwa Paulus berbicara dengan yakin bahwa jemaat Tesalonika sudah mengerti dengan benar apa maksud dari perkataannya itu.

Perbandingan Tafsiran
a.              Tafsiran Ivan Haveener[16]
Setelah mengingatkan jemaat akan pesan yang akan diberikan,  kepada mereka pengarang 2 Tesalonika menambahkan apa yang mereka telah ketahui saat itu; mereka mengenal bagaimana menghalangi kedatangan si pendurhaka. Sayang pengarang tidak menjelaskan kuasa positif ini, meskipun kuasa itu mempunyai peranan yang sangat membantu untuk mencegah si pendurhaka sampai saat yang tepat. Barangkali kelambatan kedatangan Tuhan sendiri sebagai bagian dari rencana Allah yang dimaksudkan, sehingga Allahlah yang mencegah si Pendurhaka. Allahlah yang dapat menghilangkan kelambatan yang menahan sifat jahat itu. Meskipun  si pendurhaka itu sementara dikendalikan, namun misteri pendurhaka tetap bekerja, suatu misteri yang disingkapkan sepenuhnya hanya dalam pembebasan si pendurhaka. Namun dengan jaminan bahwa Allah tetap memegang kendali, pengarang berusaha menenagkan ketakutan para pembaca atau pendengar.

b.      Tafsiran  William Barclay[17]
Kuasa apakah yang masih terus membelenggu si Dursila itu? Tak seorang pun dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti. Sangat mungkin yang dimaksudkan Paulus yaitu kekaisaran Romawi.  Berulang kali ia diselamatkan dari kemarahan orang banyak oleh hukum keadilan Romawi. Roma merupakan kuasa yang menjaga dunia dari anarki yang gila-gilaan. Namun, harinya akan tiba ketika kuasa itu akan disingkirkan – maka datanglah Chaos (kekacaubalauan). Bila jelmaan kejahatan itu datang ke dalam dunia, ada pula sebagian orang yang akan menerimanya sebagai tuan, yaitu mereka yang telah menolak Kristus; mereka bersama-sama dengan tuan mereka itu akan sampai pada kekalahan terakhir dan penghakiman yang mengerikan.

c.       Tafsiran Bill Duke[18]
Kata “apa yang menahan dia” tidak menunjuk kepada seseorang. Paulus dengan sengaja samar-samar dalam menuliskan hal itu, tapi dalam ajarannya yang diberikan secara lisan di Tesalonika agaknya ia lebih jelas mengajarkan apa yang dimaksudkan. Tetapi dalam ayat 7 menunjuk kepada orang. Hal itu mendukung pandangan bahwa kekaisaran Romawilah yang menjadi alat penahan, sebab kekaisaran itu dapat dipandang sebagai kuasa yang tak berpribadi, atau juga sebagai kepribadian yang menjelma dalam Kaisar. Sesudah menuduh Paulus di Tesalonika (Kis 17:6-7), hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan kekaisaran, lebih-lebih terhadap pembinasaan pada masa yang akan datang, penguraiannya kabur untuk menghindari bahaya apabila surat itu jatuh ke tangann musuh.
Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, -- Pelaku dalam kalimat ini adalah penahan atau yang menahan. Untuk berbicara secara jelas tentan penyingkiran kaisar, akan dipandang sebagai penghasut; disini justru Paulus samar-samar. Tetapi rupanya Paulus menyatakan bahwa Allah sebagai penguasa tertinggi, sedang menggunakan kekuatan untuk menahan kejahatann sampai Ia menyingkirkan penahannya dari manusia durhaka itu.

d.      Tafsiran Beverly Roberts Gaventa[19]
Upaya untuk mengidentifikasi penahan ini tidak begitu banyak  sebagaimana upaya untuk mengidentifikasi si durhaka,akan tetapi semua sia-sia. Beberapa berpendapat bahwa yang menahan itu pastilah Allah yang mengendalikan kekuatan si pendurhaka, sampai waktu yang ditetapkan untuk hal-hal terakhir telah tiba. Yang lainnya berpikir bahwa penahannya adalah Kerajaan Romawi dan pribadi yang manahan itu adalah Kaisar sendiri. pada pandangan ini, penulis melihat pemerintah yang sah dari kekaisaran Romawi merupakan kendala untuk kejahatan. ketika kekaisaran dihapus, kekuatan pelanggaran hukum akan berjalan tak tertandingi, menandakan terjadinya Parousia. apa yang bisa kita pelajari, bagaimanapun, adalah peran apa yang si penahan mainkan di dalam memberikan kenyamanan dan penguatan bagi kelompok ini.

e. Tafsiran Bob Utley[20]
1.  Hukum vs anarki, dipersonifikasikan dalam kaisar Romawi
2. Otoritas kemalaikatan, dipersonifikasikan dalam seorang/para malaikat tertentu, lih. Wah 7:1-3
3. Allah, dalam pribadi Roh-Nya atau Roh yang memberdayakan pemberitaan Injil.
Teori yang pertama adalah sangat tua dan meresap, pertama kali dikemukakan oleh Tertullianus. Ini sesuai dengan kriteria kontekstual bahwa orang Kristen di Tesalonika sudah mengerti. Paulus juga berbicara tentang pengalamannya dengan dan manfaat dari hukum (lih. Rom 13:1dst; Kis 17-18). Teori kedua berhubungan erat. Ini menggunakan Daniel 10 sebagai bukti dari kontrol dan otoritas malaikat atas bangsa-bangsa dan sistem hukum mereka. Teori ketiga adalah model yang lebih baru. Ini telah banyak mendapat pujian tetapi juga sangat Prasuposisional. Hal ini digunakan kebanyakan oleh kelompok dispensasionalis tertentu untuk mendukung suatu pengangkatan rahasia.

Kesimpulan
            Memahami perkataan Paulus kepada Jemaat di Tesalonika ini memang tidak mudah, sebab tidak ada petunjuk lebih lanjut yang bisa ditelusuri untuk mengetahui siapakah atau apakah yang menahan si Dursila itu untuk datang mengacau di dunia. Dari analisa teks dapat diketahui bahwa “yang menahan” itu merupakan suatu bentuk yang sudah bekerja sebab dalam bentuk partisiple lalu dapat disimpulkan melalui analisa teks juga bahwa terjadinya perubahan bentuk tata bahasa yang digunakan oleh Paulus menunjukan bahwa “yang menahan” itu adalah bisa benda (kuasa) atau orang dalam hal ini memang bisa jadi adalah prinsip pemerintahan di Roma sebab selaras dengan pemikiran Barclay bahwa kekuasaan di Roma memang berkuasa untuk menjaga dunia dari anarki yang tidak terkendali , dan yang jelas Paulus berkata jika waktunya tiba ia akan disingkirkan.
            Nampaknya Paulus menggunakan bahasa ini memperlihatkan bahwa Paulus sudah tahu kalau jemaat di Tesalonika telah mengerti dengan benar apa maksud perkataannya itu. Dalam perbandingan Tafsiran pun memiliki perbedaan-perbedaan, hanya saja dari beberapa tafsiran di atas sebagian besar menunjuk pada kuasa dari seseorang atau benda walaupun ada yang menafsirkan itu sebagai roh Kudus. Akan tetapi memang tidak dapat dihindari bahwa kekuatan yang menahan ini bersifat supranatural. Apapun yang pribadi yang menahan itu yang jelas itu berada di bawah kendali Allah.


Daftar Pustaka

Alkitab Edisi Studi: 2 Tesalonika. Jakarta: LAI, 2010
Barclay,William Pemahaman Alktab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika.. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1999
Duke,Bill Kupasan Firman Allah: Surat 1 dan 2 Tesalonika. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1995
Eadie,John. A Commentary On The Greek Text Of The Epistles Of Paul To The Thessalonians ed. William Young. Eugene: Wipf and Stock Publisher, 1998), 30
Gaventa, Beverly Roberts. First and Second Thessalonians. Louisville: John Knox Press, 1998.
Havener, Ivan. Tafsiran II Tesalonika dalam  Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002
Jacobs, Tom Paulus: Hidup, Karya, dan Teologinya. Yogyakarta: KANISIUS, 1983.
Miller ,Madeleine & J.Lane Miller, Harpers Bible Dictionary. New York: Harper & Row Publisher, 1961.
Milligann, George. St. Paul Epistles To The Thessalonians. New Jersey: Revell Company,1908
Morris, Leon The New Commentary on The New Testament: The First and Second Epistles To The Thessalonians. Grand Rapids, Michigan: Eerdsman Publishing, 1959
Rogers, Cleon R. The New Linguistic and Exegetical Key to The Greek New Testament. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1998.
Schurmann, Heinz & Hans-Andreas Egenolf, The First and The Second Epistle To The Thessalonians. New York: Crossroad Publishing, 1981
Stott, John R.W. The Message of Thessalonians. London: Inter-Varsity Press, 1991)
Stott, John The Gospel and The End of Time, The Message of 1&2 Thessalonians Downers Grove, Illinois: Inter-Varsity Press, 1991
Utley, Bob. Commentary: The Guidance Learns of New Testament Vol.7.  Texas: Bible Lesson International, 2001.
Wycliffe Bible Commentary, SABDA OLB Versi Indonesia



[1]Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya, dan Teologinya. (Yogyakarta: KANISIUS, 1983), 50.
[2]Alkitab Edisi Studi: 2 Tesalonika (Jakarta: LAI,2010), 1949
[3]Pandangan ini didukung oleh Schurmann yang berpendapat bahwa Tuhan telah  mengutus para rasul-Nya berdua-dua (Luk 10:1) Sebab menurut Perjanjian Lama bahwa kebenaran harus disaksikan oleh dua atau tiga saksi.; Heinz Schurmann & Hans-Andreas Egenolf, The First and The Second Epistle To The Thessalonians (New York: Crossroad Publishing, 1981),3.
[4]John R.W.Stott, The Message of Thessalonians (London: Inter-Varsity Press, 1991),25.; John Eadie, A Commentary On The Greek Text Of The Epistles Of Paul To The Thessalonians ed. William Young (Eugene: Wipf and Stock Publisher, 1998), 30
[5]Lih. Leon Morris, The New Commentary on The New Testament: The First and Second Epistles To The Thessalonians. (Grand Rapids, Michigan: Eerdsman Publishing, 1959),26
[6]Madeleine Miller & J.Lane Miller, Harpers Bible Dictionary (New York: Harper & Row Publisher, 1961),526.
[7]William Barclay, Pemahaman Alktab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1999),273.
[8]Alkitab Edisi Studi: 2 Tesalonika1949.
[9]Bill Duke, Kupasan Firman Allah: Surat 1 dan 2 Tesalonika (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1995),105
[10]George Milligann, St. Paul Epistles To The Thessalonians (New Jersey: Revell Company,1908)
[11]John Stott, The Gospel and The End of Time, The Message of 1&2 Thessalonians (Downers Grove, Illinois: Inter-Varsity Press, 1991), 157.
[12]Bill Duke, Kupasan Firman Allah: Surat 1 dan 2 Tesalonika,106
[13]Cleon R Rogers, The New Linguistic and Exegetical Key to The Greek New Testament (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1998), 484.
[14] Wycliffe Bible Commentary, SABDA OLB Versi Indonesia
[15]John Eadie, A Commentary On The Greek Text Of The Epistles Of Paul To The Thessalonians ed. William Young, 276.
[16]Ivan Havener, Tafsiran II Tesalonika dalam  Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 382.
[17]William Barclay, Pemahaman Alktab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika.,315
[18]Bill Duke, Kupasan Firman Allah: Surat 1 dan 2 Tesalonika, 108.
[19]Beverly Roberts Gaventa, First and Second Thessalonians (Louisville: John Knox Press, 1998),113
[20]Bob, Utley. Commentary: The Guidance Learns of New Testament Vol.7. (Texas: Bible Lesson International, 2001),220.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul

Paper Allah Tritunggal

PENDAHU LUAN             Tritunggal merupakan suatu istilah populer dalam kekristenan dan merupakan salah satu ajaran fundamental dalam agama Kristen. Doktrin ini lahir dari perumusan bapa-bapa gereja mula-mula dengan presuposisi dasar dalam melihat Alkitab sebagai pengenalan akan Allah yang telah menyatakan diriNya secara khusus melalui Firman-Nya dan bahwa Allah mengkomunikasikan diriNya secara cukup bagi manusia untuk mengenal Allah yang sesungguhhnya sehingga manusia dapat menjadi bijak dan menuntun  menuju keselamatan. [1] Dari pemahaman dasar inilah mereka melihat dan merumuskan bahwa Allah hadir dan menyatakan diriNya  dalam wujud Allah Tritunggal.             Namun dalam perjalanannya tentu saja hasil dari perumusan ini tidak sepenuhnya diterima dengan tangan terbuka oleh sebagian kalangan. Hantaman kritikan dari berbagai teolog-teolog yang kontra dan tidak sejalan dengan pengajaran ini di zamannya berusaha untuk meruntuhkan dan membuat pengajaran baru. Salah satu dianta