Langsung ke konten utama

Pengalaman ke "Gereja Diskotik"

Add caption
Beberapa waktu yang lalu, di hari minggu, saya di ajak pergi bersama beberapa orang teman ke sebuah Gereja yang terletak di sebuah Mall di Bandung. Sebelumnya saya memang belum pernah ke gereja ini, menurut teman-teman saya ini gereja yang ini termasuk bagus dalam pujian dan penyembahannya (dalam hal ini berarti Gereja Karismatik), hal ini membuat saya tertarik ingin beribadah disitu, lagian belum pernah kesitu juga. Ketika kami memasuki Mall tersebut, kami mengantri di depan Lift dengan berjubelnya manusia yang hendak pergi ke gereja yang sama ternyata, sebab tentunya saya tahu dari cara berpakaian mereka dan kebanyakan dari satu jenis ras yang sama berkulit putih bermata agak sipit, lagian masih terlalu pagi juga untuk orang biasa mengunjungi mall yang masih belum buka jam segitu. Ketika lift mencapai lantai dasar, kami berlima memasuki lift yang berkapasitas hanya 12 orang tersebut, menaiki lift menuju lantai 5. Ketika pintu lift dibuka dari dalam Gereja terdengar dentuman drum dan distorsi gitar serta chuperan bass yang cukup memekakkan telinga, tapi bagi saya ini hal biasa sebab Ya.. this is Charismatic church isnt it...? kami berjalan disambut oleh Usher berbaju seksi dengan rok di atas Lutut dan memperlihatkan Paha mulusnya memasuki ke dalam ruangan Ibadah. Satu hal yang membuat saya terperanjat ketika memasuki ruangan Ibadah adalah, melihat lighting dan settingan ibadah di gereja itu. Saya duduk, dan melihat dengan saksama bahwa : Dude, this is Church or Pub? Yes, settingan lighting dan dekorasi Gereja tersebut tidak ubahnya sebuah Diskotik. Dalam hati saya berkata: “Ibadah kali ini bakalan gak tenang hati saya, sebab ini mengingatkan akan dosa lama...”.


Dan benar sepanjang ibadah saya hanya memikirkan kembali mengenai hal ini. Oh God.. satu hal baru bagi saya melihat sebuah gereja dengan settingan ruangan yang gelap, yang hanya mengandalkan lampu kerlap-kerlip sebagai sumber penerangannya tanpa ada cahaya tunggal dan utama, serta dilengkapi dengan efek Asap dan disco Lighting dan Sound system yang besar yang menunjang praise and worship dengan irama Rock dan Techno di ibadah tersebut, dan memang benar yang dikatakan teman saya, bahwa dari sisi entertaint, suguhannya sangat menarik dan dikemas dengan apik. Pantas saja begitu banyak – bukan hanya anak muda, tetapi orang tua sekalipun, yang datang beribadah ditempat ini. Inilah fenomena yang terjadi sekarang, begitu banyak gereja yang hadir dengan menekankan sisi “hiburan” bagi jemaat, dengan pengaturan yang menarik, lampu kerlap-kerlip, efek asap, dan bahkan sering mengundang artis atau pembicara terkenal untuk menarik minat jemaatnya datang ke gereja. Ya fenomena churchtainment atau yang belakangan namanya saya tahu dari abang kamar saya yang bernama Rinto yaitu “Pseudo Theocentric Church”. Yes.. pseudo : palsu!!! Istilah ini sebenarnya tidak hendak menekankan kesesatan, hanya saja Istilah ini dipakai untuk menerangkan bahwa dasar Gereja yang seharusnya berpusat pada Allah menjadi: “seakan-akan” berpusat pada Allah. Lebih lanjut sebenarnya bagi saya fenomena semacam ini terjadi akibat ya itu tadi,, bahwa gereja yang seharusnya Theosentris, lebih menekankan kenyamanan jemaat dalam penekanan “service” nya. Metode ini barangkali merupakan salah satu wujud keprihatinan dari kurangnya minat anak muda generasi gereja untuk datang beribadah ke gereja yang hanya monoton dan membosankan, bisa jadi. Akhirnya beberapa pemerhati melihat bahwa ada celah yang baik untuk menarik minat jemaat untuk datang beribadah dalam konsep yang lebih menghibur dan tidak membosankan. Memasang dekorasi yang super wah dengan lampu-lampu yang super duper meriah dengan ditunjang alat musik yang keren membuat anak-anak muda khususnya beramai-ramai mendatangi gereja-gereja seperti ini. Aktivitas bergereja tidak lagi menekankan hubungan pertemuan antara pribadi dan Tuhan dan sesama, tetapi lebih kepada pemenuhan tuntutan afeksi semata. Ajaran dalam gereja bukan lagi yang utama, akan tetapi cukup dengan istilah “yang penting happy”. Ya.. memang benar jika dilihat bahwa gereja semacam ini sangat menekankan sisi hiburan untuk menyenangkan jemaatnya. Sebenarnya hadirnya gereja semacam ini merupakan hal yang wajar, sebab mereka berusaha memenuhi keninginan-keinginan jemaat yang telah bosan akan metode selama ini, hanya saja tujuan dari pelayanan mereka pada akhirnya bukan bertujuan dan berpusat pada Allah tetapi Berpusat pada manusia. Mengejar kuantitas dan mengesampingkan kualitas jemaat. Jemaat di buai dengan berbagai macam penghiburan dan parahnya adalah pemimpin gereja membiarkan itu untuk mempertahankan dombanya agar tidak melirik kandang lain yang lebih kinclong tanpa membimbing jemaat untuk mengenal akan ajaran yang sehat dan benar. Sisi entertainment dijadikan modus untuk “memenjarakan” jemaatnya dan bahkan lebih parah dipakai untuk “mencuri” domba kandang lain. Hal ini dapat menjadikan persaingan yang tidak sehat antara gereja. Mereka terus memperbaiki fasilitas mereka agar supaya menjadi yang paling hebat. Gereja yang seharusnya adalah kesatuan tubuh Kristus justru saling mengklaim yang terbaik, padahal menurut Paulus dalam Rom 12 dan 1 Kor. 12 bahwa setiap anggota adalah sama-sama satu tubuh dan saling memperhatikan. Sebenarnya sah-sah saja sebuah gereja memberikan fasilitas terbaik untuk jemaatnya agar ibadah lebih nyaman dan jemaat dapat menerima firman Tuhan dengan baik, akan tetapi bukanlah itu yang terutama. Yang terutama adalah bimbingan yang sehat dan pengajaran yang Alkitabiah bagi jemaat dalam menyikapi sikap dan etika beribadahnya dan bagaimana kita membiarkan Roh Kudus bekerja melalui gereja. Allah adalah pusat dari gereja, dan semua pelayanan orang percaya haruslah melayani Dia.

Komentar

  1. Membuka Usaha Diskotik sekarang bisa membuat omset Puluhan Juta loh silahkan klik Usaha Diskotik Sukses Dengan Beer dan Wine Cooler Salam Sukses. :)

    BalasHapus
  2. Saya senang membaca topik kamu. Saya salah seorang yg pusing kalo gereja sdh kayak diskotik. Sangat mengganggu konsentrasi kita ke Tuhan.

    Thanks yaa... Tuhan Yesus memberkati mu. AminπŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul