Langsung ke konten utama

Basic Pendidikan Kristen: Perspektif Injili

Pendidikan Kristen menurut Cornelius Van Til, seorang Professor Apologetika di Westminster Seminary, selayaknya bersifat Theosentris. Artinya apapun yang disajikan dalam seluruh sistem pendidikan Kisten haruslah berpusat pada Allah. Pendidikan Kristen tidak lahir dari pemahaman bahwa segala sesuatu haruslah di cari dari yang tersembunyi, belum pernah ada sama sekali dan menyatakannya dalam bentuk ilmu dan temuan-temuan serta dikaji dan membentuk sebuah sistem dengan menggali potensi manusia seluas-luasnya dan setinggi-tingginya dalam melahirkan sebuah pendidikan, tetapi Pendidikan Kristen lahir dari pemahaman bahwa Allah yang telah menciptkan segala sesuatu dan menyediakan sesuatu sehingga Pendidikan Kristen haruslah mengelola segala sesuatu yang sudah tersedia itu untuk dipakai sedemikian rupa dan disistematiskan dalam satu kerangka pemikiran yang berpusat pada Allah. maka tidak heran jika pendidikan Kristen sangat tidak selaras dengan prinsip pendidikan sekuler sehingga menghasilkan antitesis-antitesis yang muncul dalam pendidikan, entah itu dari aspek filosofis, kurikulum atau subjek pendidikan itu sendiri dalam hal ini manusia yang menempuh proses pendidikan.
Dan karena sifatnya yang Theosentris inilah, maka penggunaan filsafat sekular dalam pendidikan khususnya pendidikan Kristen harus disesuaikan bahkan jika perlu di ubah kedudukannya – walaupun dalam pengertian tertentu tentu saja tidak harus membuang semuanya. Hal penting yang harus diketahui oleh pendidik Kristen bahwa basis otoritas dalam pendidikan Kristen adalah revelasi Allah sendiri yaitu Alkitab. Alkitab merupakan penyataan Allah yang dinyatakan kepada manusia supaya manusia dapat mengenalNya. Kaum injili mengakui Alkitab sebagai bentuk penyataan Allah yang berotoritas tanpa salah (dalam pengertian tertentu) dan mempunyai rules ilahi serta otoritas dalam mengajar dan memperbaiki akhlak manusia (2Tim 3:16).
Setidaknya ada 3 alasan fundamental yang dapat dijadikan alasan mengapa Alkitab harus menjadi fondasi kehidupan kristen termasuk pendidikan, yang pertama karena Alkitab merupakan wahyu Allah sendiri, yang secara khusus dinyatakan bagi manusia dalam bentukan tulisan-tulisan yang berotoritas. Dalam iman seorang Kristen harus tunduk kepada pengajaran Alkitab dalam melihat Alkitab sebagai penyataan Allah yang secara cukup dinyatakan bagi manusia. Alkitab merupakan wahyu khusus Allah bagi manusia agar mengenal dan lebih dekat dengan Allah, sang pencipta dan pemelihara. Kedua, Alkitab memberikan sebuah pola yang benar, dalam hal ini Alkitab memberikan tuntunan yang benar dan berotoritas, serta memberikan sebuah sistem yang menurut Michael J Anthony (seorang pakar pendidikan)  sistem  ini membentuk sebuah proses yang sempurna sebab mempunyai bersifat ilahi. Alasan ketiga adalah ineransi Alkitab. Kaum Injili mempercayai bahwa Alkitab dalam  autographa naskah aslinya adalah benar dan tanpa salah. Hal ini di hasilkan dari silogisme untuk mendapat pernyataan logis dimana Allah adalah benar dan Alkitab adalah Firman Allah, sehingga apa yang difirmankan atau diwahyukan oleh Allah adalah kebenaran yang sifatnya mutlak dan tidak mungkin salah sebagaimana Allah adalah benar. Kebenaran Alkitab inilah dipandang mampu untuk menuntun umat termasuk para pendidik kristen untuk mendasari sistem pendidikan kristen yang selayaknya dan sewajarnya. Alkitab menyediakan kerangka Acuan yang sempurna bagi para pendidik kristen dalam menyusun dan mengembangkan sistem serta pola pendidikan kristen sebab otoritasnya dalam pengajaran yang sehat.
Mungkin bagi beberapa kelompok, pemahaman seperti ini terlalu fundamentalis dan mengabaikan aspek-aspek sosio kultural lainnya yang dapat juga menunjang suatu pendidikan Kristen. Ini karena Sifat yang Theosentris dari pendidikan kristen dianggap terlalu memaksakan sistemnya untuk berpusat pada Allah. Dalam memahami hal ini Van Til memberikan sebuah pemahaman, karena manusia ada untuk Allah tetapi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dibuat untuk manusia, dari perspektif inilah dapat dikatakan bahwa pendidikan ditujukan pada manusia karena hanya dengan demikian pendidikan kristen dapat berpusat pada Allah. Manusia yang sadar akan siapa penciptanya tentunya akan memusatkan semua pemikiran dan hasilnya kepada Allah.

 Sebenarnya jika membahas lebih lanjut, Alkitab sendiri sesungguhnya memang menjadi sumber pendidikan yang dalam hal ini Alkitab melahirkan teologi. Teologi sendiri lahir dari perumusan terhadap Alkitab, sehingga dapat dikatakan teologi dalam hal ini dapat mendukung atau bahkan mengarahkan pendidikan kristen. Akan tetapi teologi pun selayaknya dapat di integrasikan secara paradigmatik untuk menghasilkan sistem pendidikan kristen yang seimbang dengan memperhatikan aspek-aspek sosio kultural, tradisi dan bersifat progresif yang secara teologis dapat di katakan sebagai pengintegrasian antara common revelation dan special revelation.
Dari sini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap orang yang terlibat dalam pendidikan khususnya pendidik-pendidik kristen seharusnya dapat menempuh proses berteologi yang sehat untuk dapat menarik inti keyakinannya yang nantinya akan berpengaruh pada filosofi hidup sang pendidik sehingga sang pendidik mampu untuk menarik prinsip-prinsip pendidikan Kristen yang benar dan betul-betul lahir dari pemahamannya yang sehat.
Krisis yang dialami oleh para pendidik Kristen saat ini adalah tidak mampu berpikir secara “Beyond formal operation” yang menyebabkan cara pandang pragmatis praktis yang kurang lebih tidak beda dengan sistem pendidikan sekuler. Seharusnya para pendidik kristen mampu berkaca pada sang Guru Agung sejati yaitu Yesus Kristus.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Di Balik Lagu KJ. 401 "Makin Dekat Tuhan"

Images Source: https://img.discogs.com  Penggubah & Latar Belakang            Tentu sebagian besar kita tidak asing dengan sebuah film romansa yang diangkat dari sebuah kisah  nyata yang terjadi pada tahun 1912 yakni Titanic. Film ini menceritakan tentang  sebuah kapal yang karam disebabkan oleh benturan hebat antara kapal dan gunung es, yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit. Adegan demi adegan di dalam film ini mencoba menggambarkan kembali detil setiap kejadian di masa itu sehingga penonton ikut larut dan merasakan betapa peristiwa itu begitu dahsyat nan mengerikan.             Tulisan ini tidak membahas mengenai jalan cerita film di atas, melainkan ada satu yang menarik dalam film karya sutradara kondang James Cameroon ini, yakni adegan di mana grup musik kapal itu tetap memainkan lagu-lagu mereka dengan profesional di tengah kepanikan penumpang yang tengah terancam nyawanya. Salah satunya adalah hymn “ Nearer my God to Thee ” atau di dalam Kidung Jemaat

Elia Nabi Yang Setia

Pendahuluan             Cerita mengenai nabi-nabi di dalam Alkitab barangkali bukan menjadi sesuatu yang asing di telinga orang Kristen. Sejak kecil pengajaran di Sekolah Minggu telah mengajarkan anak-anak mengenai kisah heroik para nabi dalam membawa bangsa Israel dengan segala mukjizat yang dilakukan seperti Musa yang membelah laut merah, atau Yosua dengan tentaranya meruntuhkan tembok Yerikho.             Salah satu ialah Elia, yang merupakan  satu dari sekian banyak nabi yang diceritakan di dalam Alkitab yang menggambarkan bagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi “penyambung lidah-Nya” dalam berbicara kepada manusia dan menyatakan kehendak-Nya. Elia merupakan salah satu nabi yang dipakai Allah secara luar biasa untuk berbicara kepada umat Israel bahkan bukan hanya berbicara dalam bentuk peringatan, akan tetapi Elia juga bertindak melakukan nubuat dengan bukti karena keyakinannya terhadap suara Allah dan kehendak Allah. Elia melakukan mujizat-mujizat. Ia tiba-tiba muncul

Pengalaman ke "Gereja Diskotik"

Add caption Beberapa waktu yang lalu, di hari minggu, saya di ajak pergi bersama beberapa orang teman ke sebuah Gereja yang terletak di sebuah Mall di Bandung. Sebelumnya saya memang belum pernah ke gereja ini, menurut teman-teman saya ini gereja yang ini termasuk bagus dalam pujian dan penyembahannya (dalam hal ini berarti Gereja Karismatik), hal ini membuat saya tertarik ingin beribadah disitu, lagian belum pernah kesitu juga. Ketika kami memasuki Mall tersebut, kami mengantri di depan Lift dengan berjubelnya manusia yang hendak pergi ke gereja yang sama ternyata, sebab tentunya saya tahu dari cara berpakaian mereka dan kebanyakan dari satu jenis ras yang sama berkulit putih bermata agak sipit, lagian masih terlalu pagi juga untuk orang biasa mengunjungi mall yang masih belum buka jam segitu. Ketika lift mencapai lantai dasar, kami berlima memasuki lift yang berkapasitas hanya 12 orang tersebut, menaiki lift menuju lantai 5. Ketika pintu lift dibuka dari dalam Gereja terdengar